-->

Sukseskan Keketuaan Indonesia di IORA, Tim Kemenlu RI Gali Aspirasi di Aceh

15 Februari, 2016, 11.27 WIB Last Updated 2016-02-15T11:02:08Z
Mohamad Hery Saripudin
Kepala Pusat  Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Fasifik dan Afrika
BANDA ACEH - Indonesia telah menjadi Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA), kerja sama regional negara-negara di kawasan Samudra Hindia, untuk periode 2015-2017.

Dalam rangka menyukseskan keketuaan Indonesia di IORA, pihak Kementerian Luar Negeri melalui Dirjen Asia Pasifik dan Afrika serta Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan menggelar beragam kegiatan di Aceh dalam rangka menyerap aspirasi dari berbagai stakeholder (pemangku kepentingan) di Aceh.

Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Mohamad Hery Saripudin saat menggelar acara Media Gathering di Banda Seafood, Ulee Lheue, Banda Aceh, Minggu (14/02/2016).

Menurutnya, ada enam isu prioritas dalam kerjasama antar negara-negara yang tergabung di IORA yakni hubungan luar negeri dan diplomasi maritim Indonesia, ekonomi maritim khususnya pada bidang perdagangan dan investasi, keamanan dan keselamatan maritim, manajemen sumber daya maritim serta pemetaan potensi bencana dan adaptasi perubahan iklim serta kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

"Aceh sebagai penjuru diplomasi Indonesia di Samudera Hindia menjadi tumpuan utama dalam menyukseskan keketuaan Indonesia di forum ini," ujarnya sembari sangat mengharapkan masukan semua pihak terutama para pemangku kepentingan di Aceh termasuk dari media massa.

"Media juga salah satu pemangku kepentingan jadi dukungan media sangat berarti dalam menyukseskan kepemimpinan Indonesia di IORA," imbuhnya.

Kepala Pusat BPPK Kemenlu RI menerangkan IORA merupakan satu-satunya organisasi negara-negara di tepi Samudra Hindia dan mencakup tiga benua, yaitu Asia, Australia, dan Afrika. Terdapat 21 negara yang tergabung di asosiasi ini. Indonesia sudah bergabung dalam IORA sejak organisasi ini pertama kali terbentuk tahun 1997, yang diinisiasi Mauritius.

"Jadi, momentum ini perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan nasional Indonesia dalam rangka mendukung poros maritim seperti digagaskan oleh Presiden Jokowi," harapnya.


Dalam acara Media Gathering tersebut turut hadir tim dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan beberapa perwakilan media massa.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini