-->

Saya Cuma Tukang Sampah

07 Februari, 2016, 19.37 WIB Last Updated 2016-02-07T12:53:07Z
PADA hari Kamis kemarin tanggal 4 Februari 2016 saya menerima surel (surat elektronik) dari teman saya alumni Ihyaaussunnah yang kebetulan kuliahnya di Jakarta. Dalam surel itu dia menyampaikan pesan dari Dayah Modern Ihyaaussunnah Lhokseumawe, yang mana meminta saya selaku alumni dari sana untuk membuat video testimoni. Karena dianggap saya sudah “sukses” kuliah di Jakarta. Saya sangat tersentak dengan kata “sukses” itu.

Bagaimana tidak, saya hanya tukang sampah di kota Bekasi. Untuk makan sehari 3 kali saja susah apalagi untuk bisa dikatakan “sukses”. 

Kontan saja saya tolah testimoni itu, saya langsung mengusulkan yang membuat testimony itu Muammar seorang alumni dari sana yang sekarang kuliah Yaman. Irwandi yang sekarang jadi juragan Ayam di Malang atau Saiful Bahri yang ada di Malaisyia. Memang alumni Ihyaaussunnah se-angkatan dengan saya banyak yang di luar, namun yang tidak sukses Cuma saya.

Hal ini mungkin terjadi karena dulu waktu saya di Ihyaaussunnah orang yang paling berkasus, adalah saya, sebut saja kasus cabut ke Warnet di malam hari. Disuruh mennghafal Al-Qur’an, saya malah tidur di Asrama. Sehingga sekarang sangat bersusah payah untuk bisa lulus kuliah lantaran persyarakat hafalan Al-Qur’an 4 Juz belum selesai.

Maka kepada Adek-adek saya yang lagi menuntut Ilmu di Ihyaaussunnah atawa di MTsS Muhammadiyah Lhokseumawe untuk tidak berpatah semangat dalam belajar. Walaupun fasilitas yang ada dan santri yang sedikit jangan menjadikan hal itu sebagai masalah yang besar. Karena angkatan saya 2012 Cuma 15 orang, namun 8 orang dari kami berhasil keluar daerah.

Padahal ramalan para guru Ihyaaussunnah mengatakan lulusan yang bakalan tidak sukses adalah lulusan angkatan kami. Karena kasus terbanyak dan yang paling kompak buat kasus adalah kami. Tapi walaukun berkasus jelek di Dayah, kami semua bisa keluar daerah atau minimal yang di Aceh sudah memiliki usaha sendiri.

Sebenarnya kalau mau dikatakan sukses mereka yang tinggal di Aceh jauh sukses dari pada yang keluar daerah. Teruma saya yang hanya menjadi pengurus sampah. Namun langkah ini bukan tidak berarti bagi saya, bagi orang lain mungkin saja adalah hal yang sangat koyol, mahasiswa urus sampah apa kata dunia!.  Pilihanku ini hanya sebagai pengadian kepada masyarakat dan bangsa ini. Sampah yang selama ini adalah sebagai masalahdi mata masyarakat dan pemerintah, tapi kami para pengiat  Bank Sampah itu bukanlah masalah.

Pesan saya kepada adek-adek saya yang lagi menempuh pendidikan di Ihyaaussunnah, MTsS Muhammadiyah Lhokseumawe dan Panti Asuhan Muhammadiyah Lhokseumawe, jangan patah semangat untuk belajar. Jangan ikuti kami yang tidak mau diatur dan tidak patuh terhadap pereatuaran sekolah. Karena hal inilah yang akan membuat adek-adek disiplin dan maju dalam menuntut Ilmu. Ihyaaussunnah memang tidak ada yang melirik apalagi berminat untuk masuk kesana, tapi ketahuilah kalian yang sudah bergabung kesana adalah orang-orang pilihan guna memperjuangan aqidah umat dan pengabdian untuk perubahan bangsa ini.

Saya selaku alumni dari sana merasa bangga terhadap sekolah yang telah membawa saya untuk bisa kuliah Lampung dan kemudian melanjutkan kuliah di Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam. Lantaran arus Informasi saat ini selalu menghantam Islam dan semoga lulusan-lususan sarjana komunikasi dan Penyiaran Islam ini dapat membendung arus informasi dan membela hak-hak umat Islam yang selama ini di sudutkan.

Oleh: Amriadi Al Masjidiy (Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam di Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Mohammad Natsir. Alumni Dayah Modern Ihyaaussunnah Lhokseumawe)
Komentar

Tampilkan

Terkini