-->

Peneliti: Ada Upaya Menggeser Ideologi dari Pancasila

25 Februari, 2016, 10.20 WIB Last Updated 2016-02-25T03:20:46Z
IST
JAKARTA - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anas Saidi, mengatakan pemerintah perlu mewaspadai perang ideologi dan agama.

Anas menuturkan ada kecenderungan generasi muda memiliki pandangan-pandangan konservatif yang mempermasalahkan dasar negara, yakni Pancasila. Apabila hal ini dibiarkan, kata Anas, dapat menimbulkan upaya untuk menggeser ideologi dari Pancasila ke negara Islam. "Kita sudah lihat di negara lain seperti apa perang ideologi itu, jangan sampai ini terjadi di Indonesia," ujarnya, Rabu, 24 Februari 2016.

Anas menjelaskan, hal ini diketahui dari penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. "Kami mengikuti seluruh proses di kampus selama 3 bulan," kata Anas saat dihubungi Tempo di Jakarta, Rabu, 24 Februari 2016.

Ada lima perguruan tinggi yang dijadikan lokasi penelitian ini. Universitas tersebut di antaranya adalah Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, dan Universitas Brawijaya.

Namun penelitian ini dibatasi pada gerakan non-Jihadi atau gerakan tanpa kekerasan. Gerakan ini hanya membatasi kepada perang ideologi. Meski tanpa kekerasan, Anas mengatakan gerakan ini jauh lebih berbahaya. Dia khawatir dapat menimbulkan konflik apabila masyarakat yang mempermasalahkan ideologi Pancasila semakin banyak.

Karena itu, Anas meminta pemerintah segera bertindak mengatasinya, misalnya dengan pendidikan agama sejak dini. Selain itu, organisasi Islam, menurut dia, perlu menanamkan pentingnya nilai-nilai perbedaan.

Kebanyakan yang ada sekarang di kampus, ada monopoli dari golongan keagamaan tertentu. Monopoli ini justru dilakukan di kegiatan kampus yang bukan kegiatan agama, misalnya asrama. Ia meminta rektor juga turut mengawasi hal semacam ini. "Banyak mahasiswa yang baru masuk itu kurang memahami agama, akhirnya ketika dicekoki hal semacam itu, ia hanya berpegang pada satu hal dan akibatnya menjadi tidak toleran dan cenderung mengkafirkan yang lain," tutur Agus. [Tempo]
Komentar

Tampilkan

Terkini