IST |
JAKARTA - Peneliti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anas Saidi, mengatakan pemerintah
perlu mewaspadai perang ideologi dan agama.
Anas menuturkan ada kecenderungan generasi muda memiliki
pandangan-pandangan konservatif yang mempermasalahkan dasar negara, yakni
Pancasila. Apabila hal ini dibiarkan, kata Anas, dapat menimbulkan upaya untuk
menggeser ideologi dari Pancasila ke negara Islam. "Kita sudah lihat di
negara lain seperti apa perang ideologi itu, jangan sampai ini terjadi di Indonesia,"
ujarnya, Rabu, 24 Februari 2016.
Anas menjelaskan, hal ini diketahui dari penelitian dengan
pendekatan kualitatif dengan metode etnografi di perguruan-perguruan tinggi di
Indonesia. "Kami mengikuti seluruh proses di kampus selama 3 bulan,"
kata Anas saat dihubungi Tempo di Jakarta, Rabu, 24 Februari 2016.
Ada lima perguruan tinggi yang dijadikan lokasi penelitian
ini. Universitas tersebut di antaranya adalah Universitas Indonesia, Institut
Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, dan Universitas
Brawijaya.
Namun penelitian ini dibatasi pada gerakan non-Jihadi atau
gerakan tanpa kekerasan. Gerakan ini hanya membatasi kepada perang ideologi.
Meski tanpa kekerasan, Anas mengatakan gerakan ini jauh lebih berbahaya. Dia
khawatir dapat menimbulkan konflik apabila masyarakat yang mempermasalahkan
ideologi Pancasila semakin banyak.
Karena itu, Anas meminta pemerintah segera bertindak
mengatasinya, misalnya dengan pendidikan agama sejak dini. Selain itu,
organisasi Islam, menurut dia, perlu menanamkan pentingnya nilai-nilai
perbedaan.
Kebanyakan yang ada sekarang di kampus, ada monopoli dari
golongan keagamaan tertentu. Monopoli ini justru dilakukan di kegiatan kampus
yang bukan kegiatan agama, misalnya asrama. Ia meminta rektor juga turut
mengawasi hal semacam ini. "Banyak mahasiswa yang baru masuk itu kurang
memahami agama, akhirnya ketika dicekoki hal semacam itu, ia hanya berpegang
pada satu hal dan akibatnya menjadi tidak toleran dan cenderung mengkafirkan
yang lain," tutur Agus. [Tempo]