-->

"Mereka harus berjalan hingga puluhan kilometer ke sekolahnya"

27 Februari, 2016, 08.41 WIB Last Updated 2016-02-27T01:42:12Z
IST
JAYAPURA - Ratusan siswa di Sekolah Menengah Pertama Muara Tami di daerah Skouw Sae, Kota Jayapura, Papua, mengeluhkan minimnya sarana transportasi selama setahun terakhir. Akibatnya, mereka harus berjalan hingga puluhan kilometer ke sekolahnya yang berbatasan langsung dengan Papua Niugini.

Fakta ini terungkap dalam kunjungan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise ke sekolah itu pada Jumat (26/2/2016).

Yohana bertemu dan berbincang langsung dengan 30 siswa di salah satu ruangan kelas. Dalam kegiatan itu, Yohana memberikan bantuan satu unit komputer dan alat permainan bagi SMP Muara Tami.

Sebelum menuju ke Skou Sae, juga ia telah memberikan bantuan satu unit komputer di salah SMA di Kabupaten Keerom.

Decky Rumaropen, salah satu siswa dalam sesi diskusi bersama Yohana menuturkan,banyak siswa di daerah Koya Timur yang terpaksa tak masuk karena tak mampu harus berjalan kaki ke sekolah setiap hari.

"Kami berharap ibu menteri bisa menyediakan bantuan kendaraan seperti bus khusus bagi para siswa," kata Decky.

Kepala Sekolah SMP Muara Tami Yopi Hanuebi mengungkapkan, jumlah siswa di sekolahnya mencapai 110 orang.

"Banyak siswa kami yang bermukim di daerah Koya Timur yang berjarak di atas 15 kilometer dari Skouw Sae. Mereka harus menumpang truk pengangkut barang agar tiba di sekolah tepat waktu," ungkap Yopi.

Terkait keluhan dari para siswa, Yohana menyatakan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak segera memberikan membuat surat pengantar yang ditandatangani langsung Wali Kota Jayapura.

"Dengan surat ini, saya akan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan agar memberikan bantuan sarana transportasi bagi sekolah ini," tutur wanita asal Kabupaten Biak Numfor ini.

Aksi kekerasan Dalam kunjungan ini, para siswa juga mengaku masih adanya tindak kekerasan yang dilakukan para guru dan orang tua kepada mereka.

Menanggapi hal tersebut, Yohana menyatakan perbuatan para guru telah melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak. Pada hakikatnya, ujar Yohana, tugas anak-anak hanya bermain dan belajar.

"Saya menghimbau bagi anak-anak agar segera melapor ke pihak kepolisian apabila orang tua dan guru memukul kalian," tegas Yohana. [Kompas]
Komentar

Tampilkan

Terkini