LHOKSEUMAWE - Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Jendral
TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu memberi kuliah umum kepada Universitas
Malikulsaleh dengan Tema "Geopolitik Indonesia dalam Konstelasi Regional, Menyambut
Masyarakat Ekonomi ASEAN" di GOR ACC Universitas Malikussaleh (Unimal), Lhokseumawe,
Kamis (18/2/2016).
Dalam
kuliah umumnya dia menjelaskan alasan dipilihnya memberikan kuliah umum di
Aceh, karena menurutnya ini penting, mengingat Aceh memiliki SDA yang banyak,
sehingga rawan akan ancaman yang datang dari luar, apalagi saat ini memasuki
zaman globalisasi.
Maka
dari itu, tugas pokok Kemhan RI yaitu menjaga keutuhan Negara RI, menjaga kedaulatan
Negara, dan melindungi segenap bangsa Indonesia.
Menurutnya,
pada kebiasaannya siapa saja orang yang menjadi Menhan pasti dia akan selalu
mengutamakan dan memikirkan 2 hal, yaitu perang dan pembelian alutista/
persenjataan, akan tetapi kalau dirinya tidak, karena itu bukanlah suatu
kesimpulan pokok yang harus diambil, karena Indonesia jauh akan 2 hal tersebut,
maka yang sangat perlu diperhatikan bersama yaitu ancaman komplek dan multidimensional
yang meliputi Militer, Hibrida dan Non Militer, diantaranya ancaman bukan nyata,
konflik terbuka/perang konvensional, dimana kemungkinannya kecil terjadi
dikarenakan Indonesia bukan Negara Agresor.
Kemudian
ancaman nyata, lanjut Menhan, yaitu terorisme dan radikalisme, bencana alam dan
lingkungan, sparatisme dan pemberontakan bersenjata, perampokan SDA, wabah penyakit
seperti virus Ebola, MERS dan Zika, peredaran dan penyalahgunaan Narkoba
Dan
yang ketiga perang, menurutnya kedepan bukan lagi perang bersenjata, akan
tetapi perang modern, yaitu perang cuci otak (Brain Washing, perang
mempengaruhi hati dan pikiran untuk membelokkan pemahaman terhadap idiologi
Negara, sarana media dan kata-kata tertentu untuk mempengaruhi masyarakat agar
mengikuti paham yang disebarkan.
Untuk
itu, dia mengajak masyarakat harus memegang teguh Pancasila sebagai Idiologi
Negara, dimana isi dari Pancasila tersebut juga sesuai dengan ajaran agama
Islam dan agama lainnya, terutama dalam hal meningkatkan silaturrahmi, karena
Indonesia memiliki semboyan Bineka Tunggal Ika (walaupun berbeda - beda tetap
satu).
Fakta
yang harus kita hadapi kedepan, lanjut Menhan, dalam mempertahankan Kedaulatan
Negara dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya yaitu Indonesia memiliki
SDA yang bervarisi dan Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar,
sehingga harus bersama-sama mempertahankan itu semua dengan cara Bela Negara.
"Karena
nilai-nilai Bela Negara dan Pancasila merupakan landasan sikap dan prilaku kita
dalam menjalankan kehidupan Berbangsa dan Bernegara, yang dapat menyelesaikan
segala permasalahan," tutupnya. [Red]