IST |
JAKARTA - Isu terkait kecaman mahasiswa dan warga Aceh terhadap
penyelenggaraan Miss Indoneasia 2016. Hal ini disebabkan oleh kontestan yang
mewakili Daerah Istimewa Aceh bukan warga Aceh.
Ketua
Persatuan Mahasiswa Kalimantan Selatan (PMKS) Jakarta, Khairi Fuady, kepada
lintasatjeh.com, Minggu (28/2), menyayangkan bahwa hal semacam ini bisa
terjadi.
"Harusnya
kegiatan semacam ini dikelola secara profesional. Bukan sekadar pengen hingar
bingar yang seremonial tapi pesertanya main comot saja," sesalnya.
Menurutnya,
penyelenggara harus segera melakukan evaluasi. Hal konyol semacam ini hanya
akan membuat kontes ini terlihat abal-abal.
Belum
lagi kontestan yang mewakili Aceh terlihat tidak mengenakan jilbab yang dinilai
tidak sesuai dengan tradisi Aceh. Khairi menambahkan, semestinya penyelenggara
mengerti local wisdom. Buktinya di kontes yang satunya, Puteri Indonesia, yang
ia lihat representasi Aceh tetap menggunakan jilbab. Ia tetap terlihat cantik,
anggun dan smart.
"Jangan
aneh-aneh lah buat standar, seakan-akan kesannya yang cantik harus terbuka,"
imbuhnya. [Red]