BANDA ACEH – Sarana operasional untuk penanggulangan kondisi darurat
penting menjadi perhatian semua pihak, sebab kondisi topografi Aceh yang sangat
beragam. Untuk mendukung langkah tersebut, penguatan terhadap lembaga penanggulangan
bencana dan kondisi darurat, seperti Badan SAR mutlak harus terus dilakukan.
Hal tersebut disampaikan
oleh Gubernur Aceh,
dr H Zaini Abdullah, dalam sambutan singkatnya pada seremonial peresmian pengoperasian
Kapal Negara (KN) SAR Krisna 232, di pelabuhan Ulhee
Lheue, (Jum'at, 12/2/2016).
“Penguatan itu tidak hanya sebatas peningkatan kapasitas
dan keterampilan personilnya, tapi juga
dalam hal koordinasi, kerjasama dan tentu saja harus pula melengkapi
sarana dan prasarana operasional," tambah pria yang akrab disapa Doto Zaini itu.
Oleh karena itu, Doto Zaini sangat mengapresiasi kehadiran Kapal Negara Krisna 232 yang akan membantu operasional Badan SAR
Banda Aceh. Penambahan armada ini diharapkan akan menambah daya dan kinerja
pelayanan SAR Banda Aceh.
"Atas nama rakyat dan
Pemerintah Aceh, kami mengucapkan terima kasih kepada Kantor Pusat Badan SAR
Nasional yang telah memfasilitasi kehadiran Kapal ini di Aceh. Terima kasihg
pula kepada Kepala BASARNAS, Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo. Semoga
kehadiran Bapak semakin memperkuat semangat dan motivasi Tim SAR Banda Aceh dalam menjalankan misi
kemanusiaan," ujar Gubernur.
Penanggulangan
Bencana Prioritas Pemerintah Aceh
Dalam kesempatan tersebut,
pria yang akrab disapa Doto Zaini itu menjelaskan tentang pentingnya
optimalisasi kinerja penanggulangan bencana di Aceh, mengingat
daerah berjuluk Serambi Mekah ini tergolong dalam kawasan
yang rawan bencana.
“Itu sebabnya, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Aceh 2012-2017, masalah kebencanaan dan lingkungan hidup menjadi satu
dari 10 program prioritas yang dijalankan Pemerintah Aceh bersama berbagai
elemen masyarakat lainnya,” ujar Gubernur.
Selain itu, Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, khususnya Pasal 223, juga mewajibkan Pemerintah Aceh dan Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk terlibat dalam penanggulangan bencana alam dan penanganan
isu-isu sosial kemasyarakatan.
"Selain di darat,
bencana di laut juga harus kita antisipasi mengingat ada ribuan masyarakat Aceh
yang tinggal di pinggir pantai dan sehari-hari menjalankan aktivitas di
laut," tegas Doto Zaini.
Gubernur menjelaskan,
berdasarkan data Kantor SAR Banda Aceh, untuk tahun 2015 saja setidaknya ada
124 peristiwa musibah yang terjadi di Aceh, diantaranya nelayan hilang, banjir
bandang, pohon tumbang, mobil jatuh ke jurang, angin ribut, korban tenggelam,
dan lain sebagainya.
"Untuk korban tenggelam
berjumlah 41 kasus, nelayan hilang sebanyak 7 kasus, boat mati mesin 8 kasus,
dan boat terbalik 2 kasus. Dengan kondisi ini bisa dipahami kalau laut menjadi
area yang relatif banyak terjadi kasus darurat. Tidak jarang tim SAR Aceh harus
beroperasi di laut dalam menangani masalah-masalah darurat," tambah
Gubernur.
Oleh karena itu, Gubernur sangat mengapresiasi kehadiran Kapal Negara SAR Kresna 232 ini. Kehadiran kapal
ini diharapkan mampu memperkuat kemampuan operasional tim SAR di Aceh. Apalagi
spesifikasi KN SAR 232 telah dirancang sedemikian rupa sehingga ideal digunakan
di kawasan kepulauan dengan laut yang luas seperti Aceh.
"Kita berharap
kehadiran kapal ini mendorong Badan SAR Aceh semakin meningkatkan kinerjanya
sehingga tugas menangani kondisi darurat di wilayah laut Aceh dapat dilakukan
dengan cepat. Mudah-mudahan koordinasi dan kerjasama ini dapat lebih kita
tingkatkan di masa depan," pungkas Gubernur Aceh.
Kabasarnas:
KN Kresna Perkuat Armada SAR Banda Aceh
Sementara
itu, Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo, dalam
sambutannya singkatnya pada peresmian dan penyerahan Kapal KN Kresna 232 kepada
Badan SAR Aceh, menyatakan bahwa kapal tersebut merupakan satu dari lima kapal
terbaru milik SAR Nasional.
“Hingga saat
ini, Basarnas memiliki 75 unit Kapal SAR, dan KN Krisna 232 merupakan salah
satu dari lima Kapal terbaru milik SAR yang akan membantu memperkuat armada SAR
Banda Aceh dalam operasi penyelamatan di laut,” terang Soelistyo.
Soelistyo
juga berjanji akan menyerahkan bantuan speed boad kepada SAR Banda Aceh untuk
memperlancar evakuasi korban bencana banjir yang kerap terjadi di Aceh. “Tambahan
Perahu Speed Boat ini akan kita kirim dalam dua minggu, sesuai dengan
permintaan pak Gubernur.”
Empat Unsur Penanggulangan Bencana
Dalam
kesempatan tersebut Soelistyo juga menjelaskan mengenai empat unsur penting
yang harus terus diperkuat agar penanggulangan bencana dapat di atasi dengan
baik. Empat unsur tersebut adalah, Basarnas, Pemerintah Daerah melalui
BPBA, TNI/POLRI dan relawan-relawan yang dibentuk oleh komunitas
masyarakat.
“Basarnas
tidak mungkin bekerja sendiri, oleh karena itu, sangat penting keempat unsur
ini untuk bekerja secara bersama-sama guna menangani berbagai pewrsoalan
kebencanaan yang terjadi di lapangan,” ujar Soelistyo.
Pada
kesempatan tersebut, Kepala Basarnas didampingi Gubernur Aceh dan Wali Nanggroe
Aceh juga menyerahkan 100 pelampung kepada perwakilan nelayan Aceh yang diterima
oleh perwakilan nelayan Ulee Lheue.
Kegiatan yang ditandai
dengan prosesi Peusijuek kepada Kapten KN Krisna 232, Kapten Supriyadi oleh Ketua Majelis Adat Aceh tersebut turut dihadiri oleh Paduka Yang Mulia (PYM) Wali
Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar, perwakilan Unsur Forkorpimda Aceh, Kepala
Kantor SAR Banda Aceh.
Sekilas tentang KN Krisna 232
Kapal KN SAR
Kresna 232 dilengkapi dengan sejumlah peralatan modern. Kapal ini dapat berfungsi
lebih maksimal dalam aksi kemanusiaan. Beberapa perlengkapan cangih tersebut
diantaranya forward infra red untuk mendeteksi permukaan pada malam hari, radar
untuk mengetahui kapal berbeda dan jaraknya, serta pendeteksi benda bawah air.
Selain itu, kapal
yang memiliki panjang 40,98 meter dan lebar 8 meter dan berkonstruksi aluminium
ini berkecepatan maksimal hingga 30 knots. Kehadiran kapal ini diharapkan mempersingkat
waktu saat melakukan evakuasi.
Selain meresmikan
pengoperasian KN Krisna 232, Kepala Badan SAR Nasional juga membuka Rapat
Koordinasi SAR Daerah serta pembentukan Forum Koordinasi Potensi Pencarian dan
Pertolongan Daerah (FKP3D) dan kegiatan SAR Goes To School. [rls/red]