IST |
MANILA - Sejumlah orang bersenjata menembak mati seorang
jurnalis radio di wilayah selatan Filipina. Demikian polisi dan organisasi
jurnalis, Rabu (17/2/2016).
Elvis
Ordaniza (49), jurnalis stasiun radio DXWO menjadi reporter pertama yang tewas
dibunuh tahun ini sekaligus menjadi yang ke-31 sejak Presiden Benigno Aquino
berkuasa pada 2010.
"Dia
(Elvis) adalah mantan pemberontak komunis yang menyerah dan bekerja di industri
media," kata Sekretaris Jenderal Persatuan Jurnalis Filipina (NUJP), Fred
Villareal.
"Selama
ini dia meliput berita tentang obat-obatan ilegal, meski kami belum mengetahui
apakah itu menjadi motif pembunuhan ini," tambh Villareal.
Sementara
itu, Kepala Kepolisian Mindanao Miguel Antonio mengatakan, dua orang bersenjata
mendatangi kediaman Elvis di kota Pitogo, Pulau Mindanao, Selasa (16/2/2016)
malam, dan membunuh dia.
Filipina
adalah salah satu negara di dunia yang dianggap paling berbahaya bagi jurnalis.
Di negeri ini tokoh berkuasa bisa membungkam kritik dengan kekerasan.
Selama
tiga dekade sejak Filipina mempraktikkan demokrasi pada 1986 baru 10 orang yang
dijatuhi hukuman karena melakukan kekerasan terhadap jurnalis.
Selama
tiga dekadi ini, ujar Villareal, lebih dari 170 orang jurnalis Filipina tewas
dibunuh.
Sebagian
besar jurnalis dibunuh karena membuat gerah para tokoh berkuasa. Namun, polisi
menegaskan, banyak juga jurnalis yang dibunuh karena urusan pribadi.
Salah
satu serangan paling mematikan terhadap jurnalis Filipina terjadi pada 2009.
Saat
itu 58 orang tewas dibantai seorang politisi berkuasa yang ingin menghentikan
rivalnya dalam pemilu. Dari seluruh korban tewas 32 orang di antaranya adalah
jurnalis. [AFP/kompas]