BANDA ACEH – Gubernur Aceh,
dr. Zaini Abdullah menghadiri pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan pelantikan 23 Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM), di Gedung AAC Dayan Dawood, Kampus Unsyiah, Darussalam,
Jumat (12/2). Pelantikan tersebut juga dihadiri semua petinggi kampus Unsyiah,
perwakilan Polda, perwakilan Kodam, serta Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi
Aceh.
Dalam
sambutan di depan mahasiswa, Gubernur Zaini mengatakan, bahwa mereka para
mahasiswa adalah tokoh yang berperan besar perdamaian Aceh. “Pantas
jika julukan ‘agent of change’ diberikan kepada
mahasiswa Aceh,” kata gubernur dalam pelantikan anggota Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM), pengurus Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) dan
pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unsyiah, di Gedung AAC Dayan Dawood,
Jumat (12/2).
Gubernur
menyebutkan, banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan
sistem pemerintahan karena dorongan dan peran aktif dari gerakan mahasiswa.
Ketiga lembaga tersebut (DPM, UKM dan BEM), kata gubernur, tidak hanya mampu
menghadirkan perubahan di lingkungan kampus, tapi menjadi kekuatan inti dalam
mendorong hadirnya perubahan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat.
Sebagai
pimpinan tertinggi dalam pemerintahan di Aceh, gubernur telah memerintahkan
semua lembaga peiahmerintah untuk membangun komunikasi dengan mahasiswa. “Dalam
hal ini Biro Humas siap memfasilitasi mahasiswa dalam membangun komunikasi jika
ada hal-hal yang perlu diluruskan,” ujar Gubernur.
Pemerintah
Aceh, kata Gubernur Zaini, telah menyediakan beasiswa bagi mahasiswa untuk
melanjutkan pendidikan, baik di dalam dan luar negeri. “Ini
kesempatan emas,” kata gubernur. “Harus ada perbaikan
dalam semua bidang, khususnya pendidikan. Biaya pendidikan kita 20% dari APBA.
Ini untuk anda-anda semua,” ujarnya.
Sementara
Rektor Unsyiah. Prof. Dr. Samsul Rizal menyebutkan, kegiatan itu hendaknya
tidak hanya menjadi rutinitas tahunan semata. “Harus
ada warna bary bagi kampus ini. Anda harus bekerja untuk mahasiswa dan untuk
Aceh. Jangan bekerja untuk satu golongan saja,”
tegas rektor.
Secara
khusus, rektor menyinggung dinamika yang terjadi di Aceh. Saat ini, kata
rektor, para tamu yang datang ke Aceh melihat warung-warung kopi yang
penuh hingga malam hari. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda yang kemungkinan
adalah mahasiswa. “Anda sebagai mahasiswa harus mengawasi. Jangan lagi di
atas jam 10 kalian di warung kopi,” kata Samsul. “Silakan
anda ke pustaka Unsyiah. Jika perlu, saya akan sediakan kopi. Pustaka kita
terbuka 24 jam,” ujarnya disambut tepuk tangan mahasiswa.
Kepada
mahasiswa, Guberbur Zaini dan Rektor Unsyiah meminta untuk tidak terlena.
Apalagi, pemuda Indonesia harus punya kapasitas dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) “Jangan sampai buaya krueng teudeng-deng, buaya tamong
meuraseki – melihat orang luar sukses di negeri kita,”
ujar Samsul Rizal mengkiaskan.
Untuk
menyongsong pendidikan yang lebih baik, Samsul Rizal meminta kepada pemerintah
Aceh untuk membuat program pendidikan, yaitu, satu keluarga, satu sarjana. [Red]