IST |
JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di
Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp13.907
dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.862 per dolar AS.
"Nilai
tukar rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS menyusul harga minyak mentah
dunia yang kembali terkoreksi," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan
Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Selasa.
Harga
minyak mentah dunia jenis WTI crude terpantau menurun sebesar 1,40 persen
menjadi 30,97 dolar AS per barel dan Brent crude turun 0,86 persen menjadi
31,28 dolar AS per barel.
Menurut
Rully Nova, penurunan harga minyak mentah dunia itu akan berimbas pada harga
komoditas lainnya ikut terkoreksi. Di tengah situasi itu, pelaku pasar uang
akan menilai kinerja ekspor Indonesia berpotensi mengalami kesulitan untuk
memperbaiki kinerjanya.
"Sebagian
besar ekspor Indonesia merupakan hasil komoditas, harga komoditas yang tertekan
membuat khawatir investor di dalam negeri," katanya.
Kendati
demikian, lanjut dia, mata uang rupiah berpotensi menguat menyusul cadangan
devisa Indonesia per Desember 2015 sebesar 105,9 miliar dolar AS masih cukup
untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.
Kepala
Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, menambahkan, perekonomian
China yang masih melambat menambah ketidakpastian bagi negara-negara
berkembang, salah satunya Indonesia.
"Melambatnya
ekonomi China dapat berimbas negatif pada negara di kawasan Asia, situasi itu
mendorong pelaku pasar mencari mata uang yang dinilai aman, dalam hal ini dolar
AS menjadi salah satu pilihannya," katanya.
Sementara
itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (12/1) mencatat
nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.835 dibandingkan hari
sebelumnya (11/12) di posisi Rp13.935 per dolar Amerika Serikat. [Antara]