BANDA
ACEH -
Gubernur Aceh, dr. Zaini Abdullah menerima kunjungan Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Swedia, Bagas Hapsoro beserta perwakilan dari
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) di Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Kamis
(7/1).
Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Zaini
menceritakan tentang pengalamannya selama menetap di Swedia dan sejarah
perlawanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah berkantor pusat di negara
tersebut. Selain itu, Gubernur turut membahas peluang ekspor dan promosi kopi
jenis arabika Gayo sebagai salah satu
komoditas unggulan Aceh di Swedia dan beberapa negara Skandinavia lainnya.
Pemerintah Aceh menurut dr, Zaini akan
terus mempromosikan kopi jenis arabika asal Aceh mengingat daerah ini memiliki
kopi yang berkualitas tinggi, terutama yang berasal dari dataran tinggi Gayo.
“Bahkan bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan penghasil kopi jenis arabica
terbesar di Indonesia,” ujar Gubernur Zaini.
Menurut Gubernur, dari hasil partisipasi
tim Pemerintah Aceh pada World Coffee Expo di Gohtenborg, Swedia beberapa waktu
lalu, kopi arabika Gayo dikatakan sangat diminati oleh masyarakat Swedia dan
negara Skandinavia lainnya yang merupakan salah satu komsumen kopi terbesar di
kawasan Eropa.
“Minat para investor Eropa pada komoditas
kopi asal Aceh juga sudah terjalin baik, bahkan rombongan dari Specialty Coffe
Association of Europe (SCAE) sudah berkunjung ke dataran tinggi Gayo untuk melihat langsung
kondisi dan potensi kopi yang ada di sana pada 17 November lalu,” katanya.
Sebagai orang yang pernah menetap di
Swedia selama 25 tahun, Gubernur Zaini mengatakan masyarakat Swedia pada
umumnya sangat familiar terhadap Aceh mengingat banyaknya masyarakat Aceh di
negara itu, terlebih lagi setelah proses perdamaian antara GAM dan Pemerintah
Indonesia dan bencana tsunami yang menarik simpati masyarakat Eropa kepada
Aceh.
“Peluang ini harus kita manfaatkan agar
kita dapat meningkatkan kerjasama ekonomi antara Aceh dan Swedia sekaligus
menarik lebih banyak lagi investor dari negara tersebut di sektor pertanian
Aceh,” tegas Gubernur.
Selain membahas tentang komoditas
unggulan Aceh dan investasi, Gubernur Aceh juga turut memaparkan kondisi
keamanan di Aceh yang kini stabil dan siap menampung para investor untuk
menanamkan modal di berbagai sektor perokonomian di Aceh.
“Aceh punya Sabang, Pulau Weh yang
merupakan tujuan wisata populer, dengan keindahan bawah lautnya dan menjadi
salah satu tempat persinggahan kapal pesiar dari beberapa negara Eropa. Di
bagian barat selatan, Aceh juga mempunyai garis pesisir pantai yang indah dan
berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata alam yang dapat menarik
pengunjung dari mancanegar,” kata Gubernur.
Terkait dengan pelaksanaan syariat Islam
yang sering mendapat pemberitaan negatif terutama dari media barat, Gubernur
Zaini menegaskan bahwa syariat Islam di Aceh jangan hanya dipandang dari aspek
qanun jinayat. “Qanun jinayah adalah bersifat preventif, bukan untuk menghukum
dan ianya tidak berlaku bagi non muslim,” jelas Gubernur.
“Saya harap kita semua dapat memberikan
pemahaman yang benar kepada masyarakat luar, terutama kepada masyarakat Eropa
terhadap pemberlakuan syariat Islam di Aceh, jangan ada ketakukan dari
wisatawan yang hendak berkunjung ke Aceh hanya karena syariat Islam yang kita
terapkan disini,” ujar Gubernur Zaini.
Dalam kunjungan Duta Besar RI berserta
rombongan tersebut, Gubernur Aceh didampingi oleh Kepala Dinas Syariat Islam
Prof. Syahrizal Abas, Kepala Badan Investasi dan Promosi (Bainprom) Provinsi
Aceh, Anwar Muhammad, Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Aceh Nasir Zalba,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, Arifin Hamid, kepala
Badan pengendalian dampak lingkungan (Bapedal) Aceh, Iskandar, Kepala Biro
Humas Setda Aceh, Frans Dellian, Kepala Biro Umum Setda, T. Asnal serta
beberapa kepala SKPA terkait lainnya. [rls/red]