-->


Yarmen Dinamika: “Rokok merupakan Pintu Masuk Narkoba”

19 Desember, 2015, 22.17 WIB Last Updated 2015-12-19T15:18:22Z
BANDA ACEH - Redaktur surat kabar Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika mengatakan problema tawuran, penyalahgunaan narkotika dan seksual ini merupakan patologi social atau penyakit social yang terjadi di masyarakat.

Dulu patologi social ini ditangani melalui pengadilan jalanan, misalkan jika ada yang tertangkap mesum maka masyarakat merendam yang bersngkutan di sungai dan menikahkannya.

Namun saat ini, khususnya di Aceh penanganannya dibungkus dalam bentuk qanun, seperti qanun tentang khalwat, jinayat dan sebagainya.

"Seiring perkembangan waktu patologi social ini kian banya variannya, bahkan saat ini sudah ada yang namanya lesbi dan homo seksual," ungkapnya saat menjadi narasumber pada acara diskusi isu actual yang dilaksanakan Kesbangpol dan Linmas Aceh, Sabtu (19/12/2015) di 3 in 1 Coffe, Banda Aceh.

Ia menambahkan, pada tahun 2014 yang lalu secara diam-diam dilakukan tes urine pada 10 PTS dan PTN se-kota Banda Aceh, dengan mengambil sampel 300 orang mahasiswa-mahasiswi. Alhasil, tes tersebut hanya politeknik Aceh yang 100% bersih dari narkotika. Salah satu hal yang diterapkan di politeknik yakni kawasan bebas asap rokok. Jika, narkoba merupakan pintu masuk kejahatan, dan rokok merupakan pintu masuk menuju narkoba.

Berdasarkan data BNN pada tahun 2013 harga narkotika jenis sabu-sabu diperkirakan mencapai 1,5 Miliar rupiah/kg, pada tahun 2014 harganya mencapai 2 Miliar rupiah/kg, dan terus meningkat pada tahun 2015 ini harganya sekitar 2,5 Miliar rupiah/kg. Diasumsikan seorang pengguna sabu-sabu menghabiskan 200 ribu-300 ribu rupiah setiap harinya, ujarnya.

Menurut catatan BNN pada tahun 2014 ada 69. 385 orang yang tercatat sebagai pengguna narkoba di Aceh, dan terjadi penambahan ditahun ini menjadi 73. 201 orang. Dari data-data yang ada diperkirakan terjadi peningkatan pengguna narkoba di Aceh sebesar 2,01 % pertahunnya. BNN juga mencatat pengguna narkoba menggunakan jarum suntik pada tahun 2014 sebanyak 17. 611 orang, dan tahun 2015 jumlahnya melebihi 19. 000 orang. Narkoba ini juga ada korelasinya dengan penyebaran HIV dan AIDS di Aceh.

Sementara itu kata Yarmen, jika berbicara terkait kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi di Aceh dan sangat memprihatinkan yaknit terkait bully. Bully didefenisikan sebagai perbuatan tak menyenangkan baik menggunakan kekerasan secara fisik maupun kekerasan verbal hingga kekerasan psikologis pada anak, seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Untuk kasus Bulli terbanyak di Banda Aceh terjadi di sekolah-sekolah. Untuk itu pihak sekolah harus memperhatikan betul persoalan ini agar tidak terulang lagi.

Padahal, yang yang lebih miris, diperkirakan jumlah lesbi di Banda Aceh saja mencapai 200 orang saat ini. Setelah dilakukan razia dan penangkapan maka kini para lesbian ini berpencar ke seluruh Aceh. Ironisnya lagi sudah ada di Aceh yang terjangkit penyakit homo seksual.

"Semua itu perlu diantisipasi dan diminimalisir pengembangannya dimulai dengan dari komponen terkecil yakni pembinaan dan pengawasan dari keluarga," pungkasnya. [red]
Komentar

Tampilkan

Terkini