Jokowi. IST |
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon menilai
penembakan di Sinak, Papua merupakan ujung dari berbagai masalah yang kompleks.
Salah satu masalahnya menurutnya ialah pembebasan visa di Papua.
Efeknya
Polsek Sinak diberondong tembakan oleh kelompok bersenjata hingga menewaskan
tiga anggota polisi dan senapan dirampas. Namun, Effendi malah menyalahkan
Presiden Jokowi hingga mengeluarkan kata-kata yang tak pantas ditujukan kepada
pemimpin bangsa.
"Itu
kan bebas visa itu kebijakan gombal pemerintah Jokowi. Alih-alih mau mencari
devisa, devisa apa? Masak devisa 1.000 atau 2.000 dolar dengan mengorbankan
negaramu. Itu kan gila. Negara mencari devisa dari pariwisata tapi dengan cara
membebaskan visa. Pemerintah apa begitu? Negara ini dibangun dengan darah 350
tahun," kata Effendi saat dihubungi merdeka.com, Senin (28/12).
Menurut
Politikus PDIP ini, kericuhan berulang terjadi di Papua karena ada
ketidaktegasan Presiden Jokowi. Sebab menurutnya Jokowi terlalu mementingkan
lobi politik yang lunak.
"Karena
saya lihat pemerintah Jokowi ini mencoba untuk melakukan cara persuasif tapi
selalu tidak mendasar. Saya sejak lama sudah mengingatkan bahwa konstelasi
gerakan OPM di Papua itu kan tidak bisa kita kesampingkan. Kan ini nyata,
mereka ada. Jadi saya kira pemerintah jangan kemudian ambivalen dalam
penanganannya. Selalu kita menempatkannya seolah-olah gerakan yang gerakan
bersenjata. Kita harus lebih nyata menempatkan bahwa itu adalah
separatis," tuturnya.
Bagi
Effendi seharusnya penanganan oleh pemerintah tak sembarangan. Dia berharap tak
salah langkah lagi seperti penanganan kasus Timor Leste dan kasus GAM. Effendi
menuturkan bahwa langkah pertama yang dilakukan kelompok bersenjata di Papua
ialah operasi militer yang sporadis. Yang kedua mereka melakukan gerakan politik
dalam negeri. Kemudian mereka melakukan politik diplomasi internasional.
"Pemerintah
Indonesia tidak satu kata menempatkan gerakan ini apakah sekedar kriminal biasa
atau apa. Itu kan jelas mereka separatis.Ya harus tegas kita. Ini akan berulang
terus sepanjang kita hanya menempatkan seolah-olah mereka hanya kriminal
bersenjata saja," pungkasnya.
Sebelumnya,
Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua, Minggu (27/12) malam diserbu kelompok
bersenjata. Akibat serangan tersebut, tiga orang anggota polisi tewas dan tujuh
pucuk senjata api hilang.
"Memang
benar penyerangan yang terjadi Minggu malam sekitar pukul 20.45 WIT itu
menyebabkan tiga anggota meninggal dunia dan dua orang luka-luka, serta tujuh
pucuk senjata api hilang," ujar Kapolda Irjen Pol Waterpauw, Senin pagi
(28/12).
Menurutnya,
berdasarkan laporan yang diterima, penyerangan terhadap polsek yang saat itu
dijaga lima dari delapan anggota polisi, diserang kelompok orang tak dikenal
dari belakang polsek. Identitas anggota kepolisian yang meninggal itu, yakni
Briptu Ridho, Bripda Arman, dan Bripda Ilham, sedangkan yang mengalami luka
tembak yakni Briptu Suma dan Bripda Rian.
Tujuh
pucuk senjata api yang diambil kelompok penyerang itu adalah jenis AK 47 dan SS
1 masing masing dua pucuk, dan jenis mouser tiga pucuk beserta amunisi satu
peti. Jenazah dan para korban penyerangan itu, saat ini diamankan di Koramil
Sinak yang berjarak sekitar 150-an meter dari polsek setempat, ujar Kapolda
Papua itu lagi. Waterpauw mengakui, saat ini sedang menuju Sinak dari Jayapura
bersama Bupati Puncak dan sejumlah perwira Polda Papua. [Merdeka]