-->


Mahasiswa UIN Ar-Raniry Ikuti Diskusi Ekonomi dan Pembangunan

19 Desember, 2015, 18.50 WIB Last Updated 2015-12-19T11:52:29Z
BANDA ACEH - Puluhan mahasiswa UIN Ar-Raniry yang berasal dari organisasi DEMA dan BEMAF mengikuti diskusi isu-isu aktual yang dilaksanakan oleh Badan Kesbangpol dan Linmas Aceh, Jumat kemarin (18/12) di Aula Rektorat UIN Ar-Raniry.

Diskusi tersebut mengangkat tema ekonomi dan pembangunan dari sudut pandang mahasiswa.

Diskusi dengan kelompok-kelompok strategis terkait isu-isu teraktual di Aceh ini dilaksanakan dalam rangka menghimpun segenap aspirasi dan pandangan masyarakat terutama kelompok-kelompok strategis terkait berbagai persoalan yang ada di Aceh.

"Insya Allah, meskipun dengan berbagai keterbatasan yang kami miliki kesbangpol akan senatiasa memberikan pelayanan terbaik untuk organisasi-organisasi mahasiswa, pemuda dan masyarakat," ungkap perwakilan Kesbangpol dan Linmas Aceh, Mus Muliadi, S.Pd, MM.

Dr. Zulhilmi, MA yang hadir sebagai narasumber pada diskusi tersebut mengungkapkan perlunya penguatan sector riil di Aceh guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu sector yang sangat penting yakni pertanian, dimana mayoritas masyarakat Aceh hidup sebagai petani. Namun sangat disayangkan petani kita belum bisa mandiri, bahkan salah satu persoalan yang kerap terjadi petani kita masih banyak yang tergantung dengan rintenir dikarenakan minimnya modal untuk bertani.

Ia menambahkan bagaimana kesiapan Indonesia khususnya Aceh menghadapi MEA? padahal MEA sudah didepan mata, mulai tanggal 1 Januari 2016 mendatang kita memasuki era terbuka, masyarakat dari Negara luar akan berdatangan ke negeri kita. Jika kita tidak siap, maka kita akan menjadi budak di negeri sendiri.

Salah satu hal yang semestinya kita lakukan saat ini adalah meningkatkan enterpeuner di Aceh. Bayangkan saja berapa jika setiap tahunnya lahir 1000 enterpeuner baru di Aceh, bayangkan berapa banyak lapangan pekerjaan yang terbuka, berapa banyak sumber daya manusia yang dapat dipekerjakan. Untuk hal ini dibutuhkan keseriusan dari pemerintah agar dapat menumbuh kembangkan enterpeunership di masyarakat, papar Ketua Jurusan Ekonomi dan Bisnis UIN Ar-Raniry itu.

Kita lihat saja negara China yang enterpeunernya mencapai 32,5 persen dari penduduk China, hal ini pula menjadikan China berkembang pesat secara ekonomi. Sementara untuk Indonesia, khususnya Aceh enterpeunernya masih relatif sedikit. Sehingga budaya konsumtif cenderung dilakukan masyarakat daripada budaya produktif. Sering kita temukan orang terutama kalangan muda, mereka  punya kemauan dan kemampuan tetapi terkendala modal, sementara itu untuk mendapatkan modal dari perbankan juga masih terkesan sulit. Di sini diperlukan peranan pemerintah agar pihak perbankan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat dalam sector permodalan.

Mahasiswa yang berhadir merekomendasikan agar kegiatan seperti ini dapat hendaknya dapat lebih banyak dilaksanakan karena sangat bermanfaat dan terfokus pada subtansi permasalahan, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran yang akan membantu pemerintah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Untuk itu, di tahun yang akan datang pemerintah Aceh baik itu eksekutif maupun legislatif hendaknya menambah alokasi anggaran. Hal ini perlu dilakukan supaya semua elemen dan kelompok strategis lainnya yang ada di Aceh dapat memberikan kontribusi pemikiran melalui diskusi-diskusi terfokus demi terwujudnya pembangunan Aceh secara partisipatif di semua lini.

Di samping itu, salah seorang peserta juga meminta agar pemerintah Aceh melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan perekonomian Aceh dengan menciptakan enterpeuner–enterpeuner muda di Aceh.

Menurut amatan Haba Aceh dilapangan, diskusi berjalan baik dan peserta terlihat begitu antusias mengikutinya. Berbagai persoalan terkait ekonomi dan pembangunan dikupas secara mendalam oleh narasumber bersama peserta. Diskusi tersebut berlangsung dari pukul 14.30 WIB hingga tibanya waktu ashar. [red]
Komentar

Tampilkan

Terkini