BANDA
ACEH - Puluhan mahasiswa UIN Ar-Raniry yang berasal dari
organisasi DEMA dan BEMAF mengikuti diskusi isu-isu aktual yang dilaksanakan oleh Badan
Kesbangpol dan Linmas Aceh,
Jumat kemarin
(18/12) di
Aula Rektorat UIN Ar-Raniry.
Diskusi tersebut
mengangkat tema ekonomi dan pembangunan dari sudut pandang mahasiswa.
Diskusi dengan
kelompok-kelompok strategis terkait isu-isu teraktual di Aceh ini dilaksanakan
dalam rangka menghimpun segenap aspirasi dan pandangan masyarakat terutama
kelompok-kelompok strategis terkait berbagai persoalan yang ada di Aceh.
"Insya Allah, meskipun dengan
berbagai keterbatasan yang kami miliki kesbangpol akan senatiasa memberikan
pelayanan terbaik untuk organisasi-organisasi mahasiswa, pemuda dan masyarakat," ungkap perwakilan Kesbangpol dan
Linmas Aceh, Mus Muliadi, S.Pd, MM.
Dr. Zulhilmi, MA yang
hadir sebagai narasumber pada diskusi tersebut mengungkapkan perlunya penguatan
sector riil di Aceh guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu
sector yang sangat penting yakni pertanian, dimana mayoritas masyarakat Aceh
hidup sebagai petani. Namun sangat disayangkan petani kita belum bisa mandiri,
bahkan salah satu persoalan yang kerap terjadi petani kita masih banyak yang
tergantung dengan rintenir dikarenakan minimnya modal untuk bertani.
Ia menambahkan bagaimana kesiapan Indonesia
khususnya Aceh menghadapi MEA? padahal MEA sudah didepan mata, mulai tanggal 1
Januari 2016 mendatang kita memasuki era terbuka, masyarakat dari Negara luar
akan berdatangan ke negeri kita. Jika kita tidak siap, maka kita akan menjadi budak
di negeri sendiri.
Salah satu hal yang semestinya
kita lakukan saat ini adalah meningkatkan enterpeuner di Aceh. Bayangkan saja
berapa jika setiap tahunnya lahir 1000 enterpeuner baru di Aceh, bayangkan berapa
banyak lapangan pekerjaan yang terbuka, berapa banyak sumber daya manusia yang
dapat dipekerjakan. Untuk hal ini dibutuhkan keseriusan dari pemerintah agar
dapat menumbuh kembangkan enterpeunership di masyarakat, papar Ketua Jurusan
Ekonomi dan Bisnis UIN Ar-Raniry itu.
Kita lihat saja negara
China yang enterpeunernya mencapai 32,5 persen dari penduduk China, hal ini
pula menjadikan China berkembang pesat secara ekonomi. Sementara untuk
Indonesia, khususnya Aceh enterpeunernya masih relatif sedikit. Sehingga budaya
konsumtif cenderung dilakukan masyarakat daripada budaya produktif. Sering kita
temukan orang terutama kalangan muda, mereka
punya kemauan dan kemampuan tetapi terkendala modal, sementara itu untuk
mendapatkan modal dari perbankan juga masih terkesan sulit. Di sini diperlukan
peranan pemerintah agar pihak perbankan dapat memberikan pelayanan yang baik
bagi masyarakat dalam sector permodalan.
Mahasiswa yang berhadir
merekomendasikan agar kegiatan seperti ini dapat hendaknya dapat lebih banyak
dilaksanakan karena sangat bermanfaat dan terfokus pada subtansi permasalahan,
sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran yang akan membantu pemerintah dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk itu, di tahun yang akan datang pemerintah
Aceh baik itu eksekutif maupun legislatif hendaknya menambah alokasi anggaran.
Hal ini perlu dilakukan supaya semua elemen dan kelompok strategis lainnya yang
ada di Aceh dapat memberikan kontribusi pemikiran melalui diskusi-diskusi
terfokus demi terwujudnya pembangunan Aceh secara partisipatif di semua lini.
Di samping itu, salah
seorang peserta juga meminta agar pemerintah Aceh melakukan langkah-langkah
strategis untuk meningkatkan perekonomian Aceh dengan menciptakan
enterpeuner–enterpeuner muda di Aceh.
Menurut amatan Haba
Aceh dilapangan, diskusi berjalan baik dan peserta terlihat begitu antusias
mengikutinya. Berbagai persoalan terkait ekonomi dan pembangunan dikupas secara
mendalam oleh narasumber bersama peserta. Diskusi tersebut berlangsung dari
pukul 14.30 WIB
hingga
tibanya waktu ashar. [red]