Kelompok Din Minimi. IST |
JAKARTA - Langkah persuasif nirmiliter yang dilakukan Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso terhadap kelompok Din Minimi di Aceh
patut diacungi jempol.
"Upaya
persuasif, tanpa kekerasan oleh Pak Sutiyoso mengajak Din Minimi dan
kelompoknya turun gunung serta menyerahkan senjata sangat layak
diapresiasi," ujar anggota Komisi I DPR RI, Ahmad Zainuddin, Kamis
(31/12).
Zainuddin
meminta beberapa permintaan Din Minimi sangat rasional untuk dipenuhi
pemerintah. Apalagi poin-poin permintaan Din Minimi tidak ada yang bersifat
disintegratif, bertentangan dengan prinsip NKRI.
Permintaan
Din Minimi antara lain amnesti, menuntut perhatian pemerintah terhadap
anak-anak yatim piatu dan janda dari eks kombatan GAM, pengawasan Pilkada,
meminta KPK mengawasi Pemda Aceh, dan perlindungan terhadap keluarga Din
Minimi.
"Jadi
sudah selayaknya pemerintah dan DPR menindaklanjuti permintaan ini. Tidak ada
yang berat. Karena Din Minimi warga negara Indonesia juga, perlu
diperhatikan," jelasnya.
Lebih
lanjut Zainuddin menilai upaya dialogis dan persuasif dengan langkah-langkah
strategis dalam penyelesaian konflik vertikal dalam kasus Din Minimi menjadi
model yang dapat dikembangkan di wilayah lain dan dalam kasus lain seperti
penanganan terhadap terduga teroris. Penanganan yang salah dengan menggunakan
kekuatan senjata tidak akan menghentikan tindakan kekerasan pelaku teror.
"Meskipun
ada faktor sosiologis politik yang tentu berbeda antara satu wilayah dengan
wilayah lain. Tapi ini keberhasilan dalam skala kecil pasca perdamaian Helsinski,"
imbuhnya.
"Keberhasilan
BIN menunjukkan bahwa konflik vertikal yang dilakukan kelompok bersenjata dapat
diselesaikan dengan cara-cara tanpa pelibatan kekuatan militer," katanya.
[RMOL]