IST |
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Palestina Riad Al-Malki
menegaskan bahwa kemerdekaan negaranya tidak bisa dinegosiasikan, menanggapi
pendudukan ilegal yang dilakukan Israel selama 27 tahun sejak Palestina
menyatakan merdeka pada November 1988.
"Sejak
1948 sampai hari ini, Israel memilih jalan akuisisi ilegal di wilayah kami
termasuk Jerusalem dengan kekerasan, pemindahan paksa, dan kolonisasi,"
ujarnya dalam Konferensi Internasional tentang Palestina di Jakarta, Senin.
Dalam
konferensi yang dihadiri 25 negara anggota Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk Palestina (CEIRPP) dan 24 negara pengamat itu, ia menjelaskan bahwa dari
hari ke hari warga Palestina berusaha mempertahankan tanah dan rumah mereka
dari ancaman penghancuran dan penggusuran.
Pendudukan
ilegal yang dilakukan dengan kekerasan tersebut menjadi sumber penderitaan yang
harus dirasakan rakyat Palestina setiap hari.
"Keluarga-keluarga
kami dibakar, anak-anak muda kami dibunuh di jalan-jalan," kata Riad.
Oleh
karena itu, ia menyeru negara-negara lain dan organisasi internasional untuk
menghentikan kebijakan keliru dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel.
"Negara
dan institusi internasional wajib memastikan dipatuhinya hukum internasional,
termasuk menghapuskan impunitas yang selama ini membuat Israel bebas bertindak
di atas hukum," tuturnya.
Dikatakannya,
Israel harus mematuhi Perjanjian Perbatasan 1967 yang dengan tegas mengatur
bahwa Jerusalem timur merupakan ibu kota Palestina.
Sebaliknya,
Israel terus berusaha mengubah status quo Jerusalem timur, yang merupakan Tanah
Suci bagi tiga agama yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi, dengan mengalihkan isu
politik Israel-Palestina menjadi isu agama.
"Ketika
berubah menjadi perselisihan antaragama, ini akan menjadi konfrontasi yang
tidak akan pernah selesai. Ini adalah kebodohan pemikiran Netanyahu, dia
berusaha mengundang seluruh Muslim dan Yahudi ke dalam pusaran konflik,"
ujar Riad.
Palestina
sendiri mengharapkan sebuah penyelesaian di mana Jerusalem sebagai tempat suci
dan bersejarah tidak lagi menjadi sumber konflik antarkedua negara.
"Semangat
rakyat Palestina dan dukungan internasional membuat kami terus mempertahankan
Jerusalem. Kami ingin Jerusalem menjadi kota yang damai dan makmur di mana umat
beragama dan berbeda latar belakang bisa hidup saling berdampingan," tutur
Riad. [Antara]