Aryos Nivada. IST |
BANDA ACEH - Terjadinya kekerasan fisik berupa penamparan yang
dilakukan anggota polisi Polres Aceh Timur terhadap Tgk Imum Mukhtar (45) dan
Faisal (40), Keuchik Gampong Seunebok Bayu, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, menunjukan
masih mengakarnya sikap arogansi dari aparat penegak hukum ketika berinteraksi
dengan masyarakat maupun bertugas pada saat di lapangan
“Apa pun alasannya,
termasuk pengejaran OTK bersenjata api di Aceh Timur sekalipun tidak dibenarkan
sikap arogansi kepada masyarakat sipil yang tidak memiliki relasi terhadap
target operasi,” tegas Pengamat Politik dan Keamanan Aceh, Aryos
Nivada, dalam siaran persnya, Jum'at (25/12).
Lebih
lanjut menurut Aryos yang juga sebagai Peneliti Jaringan Survey Inisiatif, jika
tindakan kekerasan fisik berupa penamparan maupun bentuk lain dari kekerasan
fisik tetap dilakukan aparat penegak hukum kepada masyarakat sipil, maka
semakin terkikisnya kepercayaan dan kepedulian kepada institusi kepolisian dari
ulah anggotanya.
Seharusnya
sikap humanis disaat melakukan operasi dilapangan wajib dilakukan. Sikap
humanis sejalan dengan konsep reformasi kepolisian membangun trust building dan
partnership building.
Jangan
sampai masih maraknya tindakan anggota di institusi kepolisian Aceh melakukan
kekerasan fisik membangkitkan memory kelam masa konflik, dimana polisi menjadi
aktor pelanggar HAM karena kekerasan fisik dan penghilangan nyawa masyarakat
sipil di Aceh.
"Saya
berharap sikap arogansi anggota kepolisian di Aceh harus dihilangkan dan
menggantikan dengan sikap humanis. Serta tunduk terhadap regulasi ataupun
peraturan ketika menjalankan operasi apa pun bentuk operasinya," pungkas Penulis
Buku Wajah Politik dan Keamanan Aceh ini. [Red]