-->

Tokoh GAM Nilai Din Minimi Dijadikan Target Politik

05 November, 2015, 09.06 WIB Last Updated 2015-11-05T02:08:55Z
IST
BANDA ACEH - Adanya kelompok bersenjata Din Minimi yang hangat diperbincangkan publik diindikasikan, saat ini sedang dijadikan target untuk kepentingan politik oleh pihak-pihak yang sengaja bermain-main dengan isu Din Minimi dengan mengabaikan kepentingan damai Aceh yang sudah berlangsung 10 tahun.

"Kami tidak henti-hentinya menghimbau semua pihak untuk dapat merawat perdamaian Aceh dengan baik. Karena perdamaian ini melalui proses waktu yang sangat panjang untuk dapat meyakinkan kedua belah pihak antara RI-GAM untuk duduk dan berdialog dalam perundingan di Helsinki," demikian kata Tgk. Sufaini Syekhy melalui siaran persnya, Kamis (5/11/2015).

Ketua Achenese Australia Association (AAA) ini mengingatkan bahwa catatan selama konflik 32 tahun di Aceh sudah menimbulkan jatuh korban puluhan ribu nyawa melayang, baik dari GAM, masyarakat sipil maupun pihak aparat keamanan. Pengalaman pahit ini sudah seharusnya jangan sampai terulang kembali.

"Jangan lupakan ini, dan sudah seharusnya pihak elit GAM yang saat ini berkuasa harus bertanggung jawab kepada para mantan TNA di lapangan yang hidupnya sampai saat ini belum ada keadilan yang signifikan. Jangan hanya mengatasnamakan mantan TNA, anak yatim dan janda-janda korban konflik tapi kenyataannya toh kehidupan mereka semakin terpuruk", katanya.

"Atas dasar ini, kami tidak bosan-bosannya mengingatkan ke semua pihak yang berkompeten agar jangan jadikan kelompok Din Minimi sebagai target kepentingan sesaat," imbuhnya.

Kemudian, kami juga heran mengapa Polda terus bernafsu ingin memburu kelompok. Din Minimi hidup atau mati, sampai setegas itu kah! Sebahaya apakah kelompok Din Minimi, jangan lah membangunkan singa lapar nanti kalau dia terusik akan menggigit siapa saja.

"Seharusnya pemimpin Aceh bisa mengakomodasi dan merangkul mereka. Kami mengecam keras khususnya kepada pihak elit GAM yang terkesan tidak ada kepedulian sedikitpun terhadap nasib anak buahnya di lapangan. Bukankah tuntutan kelompok Din Minimi merupakan kenyataan yang dirasakan banyak mantan kombatan," sebut Syekhy.

Sepertinya perdamaian Helsinki tidak bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Aceh. Seharusnya perdamaian Aceh meski antara RI-GAM namun hasilnya justru hanya untuk memenuhi syahwat kekuasaan sekelompok elit GAM saja.

"Kami sudah jengah, kami akan menggugat Perdamaian Aceh secara hukum, atau kami akan melakukan pengadilan rakyat terhadap ZIKIR dan PA, karena ZIKIR dan PA tidak ada upaya untuk melindungi rakyat khususnya para mantan kombatan GAM. Padahal dalam MoU Helsinki dijelaskan bahwa RI dan GAM sepakat untuk berkomitmen menghentikan konflik dan menyelesaikan masalah yang ada secara damai dan bermartabt," katanya.

Lanjutnya, dalam MoU Helsinki pasal 3.2 ayat 3.2.5, mewujudkan janji-janji hibah tanah 2 hektar namun sampai saat ini pun belum terwujud. Dan ayat 3.2.7 memberdayakan mantan GAM sebagai Polisi dan tentara, artinya mengacu pada poin-poin diatas pemerintah wajib melindungi secara politik dan hukum, ekonomi dan dijamin oleh negara untuk rehabilisasi di segala aspek.

"Tidak ada pasal demi pasal dalam MoU Helsinki yang menyebutkan mantan GAM wajib diburu hidup atau mati," sindir Sufaini Syekhy. Ia pun mengharapkan Polda dan ZIKIR/PA supaya dapat memaknai tujuan damai. Rakyat Aceh jangan dikerasi karena mereka akan lebih keras.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini