-->

Mahasiswa Minta Bupati Copot Kadis Pariwisata Asel

12 November, 2015, 17.56 WIB Last Updated 2015-11-12T10:56:20Z
Ilustrasi demo mahasiswa.(Dok:LA)
BANDA ACEH - Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Samadua (IMPS) kabupaten Aceh Selatan menilai kinerja dinas pariwisata, pemuda dan olahraga Aceh Selatan sangat menyedihkan dan terkesan jalan ditempat.

Demikian disampaikan ketua umum IMPS, Hariyadi, A. Md, kepada lintasatjeh.com, Kamis (12/11/2015).

Terbukti, dia melanjutkan, tidak adanya program real dinas tersebut dalam pengembangan wisata di bumi pala. Sungguh sangat memprihatinkan dimana potensi wisata Aceh Selatan cukup luar biasa namun tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah. Padahal jika pemerintah optimal maka sector pariwisata ini menjadi peluang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan PAD Aceh Selatan, sayangnya selama ini dikelola secara tidak tepat bahkan cenderung tidak dihiraukan oleh pemerintah.

Berdasarkan peraturan gubernur nomor 70 tahun 2012 tentang rencana pembangunan jangka menengah provinsi Aceh tahun 2012-2017, disebutkan bahwa wilayah selatan Aceh tersebut menjadi wilayah pembangunan sector agrowisata. Jadi, ini peluang yang mestinya disadari oleh pemerintah Aceh Selatan untuk mengembangkan sector pertanian dan pariwisata.

Begitupula halnya jika kita lihat pembagian zona di Aceh Selatan berdasarkan RPJM Aceh Selatan tahun 2013-2018, dimana zona pengembangan wisata di Aceh Selatan tersebut titiknya di kecamatan Samadua dan Kecamatan Tapaktuan.

Dia pun mempertanyakan apakah kepala dinas terkait tidak memahami itu, kita juga tidak mengerti, namun realita yang terjadi jangankan untuk melakukan pengembangan lokasi objek wisata yang baru, wisata yang sudah berkembang seperti Kolam Aroya, Air Dingin dan Wisata Panjupian saja terkesan tidak terkelola dengan baik.

Yang sangat menyedihkan, yang menonjol di luar itu, justeru terkait musibah yang menelan korban jiwa  di wisata Tapak yang seakan menjadi bencana musiman. Padahal seharusnya hal sedemikian rupa bisa diantisipasi jika manajemen dan tata kelola objek wisata oleh pemerintah optimal.

Belum lagi kondisi pelayanan birokrasi di instansi terkait yang cenderung lamlo (lambat loading) dan sarat mempersulit, menjadi presentatif masih tidak beresnya birokrasi di era pemerintahan SAKA (T.Sama Indra dan Kamarsyah). Jika pelayanan birokrasinya masih mengecewakan public, maka masyarakat akan menilai bahwa reformasi birokrasi ala pemerintahan saka itu tak lebih dari apel pagi dan apel sore, sementara perbaikan pelayanannya masih nihil.

"Kita tidak tahu, apakah selama ini Bupati hanya mendapatkan laporan asal Bapak senang (ABS) dari kepala dinas terkait. Wallahu Alam," ujarnya.

Menurutnya, kondisi yang lebih memprihatinkan adanya informasi miris bahwa kepala Dinas terkait tidak mengetahui dan melakukan komunikasi dengan komisi mana di DPRK Aceh Selatan yang merupakan rekan dengar pendapatnya, padahal di dalam RPJM pemerintah Aceh Selatan tahun 2013-2018 jelas termaktub point bahwa pemerintah Aceh Selatan akan melakukan komunikasi secara intensif dengan legislative.

"Tapi kenapa ada dinas yang pertanyakan komisi mana mitranya di DPRK, sungguh memalukan. Jika benar adanya ini pelecehan dari dinas kepada DPRK sebagai wakil rakyat, ayo pak dewan jangan diam saja," tandasnya.

Agar kondisi seperti ini tidak menjadi boomerang bagi pemerintahan SAKA dimata masyarakat, maka sudah seharusnya Bupati harus  bertindak tegas. Evaluasi segera kinerja dinas pariwisata, pemuda dan Olahraga Aceh Selatan, copot saja jika tidak becus dalam menjalankan tugas.

"Jangan sampai masyarakat menilai, karena kepala dinas tersebut sekampung dengan Bupati, meskipun tidak becus juga tidak masalah, apa kata dunia. Jika ini yang terjadi di Aceh Selatan, mau dibawa kemana negeri pala ini, maka Aceh Selatan akan terus ketelatan," pungkasnya.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini