Muhammad
Rizki (17), hanya mampu terbaring lemah di rumahnya yang terletak di Desa Paya
Dua Uram, Kecamatan Seuneuddon, Kabupaten Aceh Utara. Ia tak mampu berbuat
banyak, selain berdoa kepada sang pencipta.
Ditemui
Lintas Atjeh di rumahnya, Rabu (11/11/2015), Rizki yang sudah yatim sejak
setahun yang lalu ini hanya ditemani sang ibu, Maryam. Meski berat, namun
ia tetap melemparkan senyuman sumringah dengan nada agak sesak.
Maryam
menceritakan segumpal kisah yang dialami anaknya itu. Sejak sepuluh tahun yang
lalu, ia berkorban demi anaknya. Pada tanggal 14 Agustus 2014, Rizki berkerja
sebagai kuli pikul batu bata bersama teman seusianya.
“Setelah ayahnya
meninggal, kehidupan kami sangat memprihatinkan. Anaka-anak melangkah kaki
untuk berjuang hidup mandiri, banting tulang bekerja untuk membiayai sendiri
sekolah mereka. Namun nasib berkata lain, pada saat mengangkut batu bata, Rizki
tertimpa pintu gerbang,” kisah Maryam.
Rizki
kemudian diboyong ke Puskesmas Seuneuddon, hingga akhirnya dirujuk ke RSU Zainal
Abidin Banda Aceh. Ternyata hasil dokter menunjukkan, bahwa Rizki mengalami
patah tulang belakang hingga menyebabkan urat sarafnya terjepit.
Namun,
tak lama setelah itu, pihak keluarga terpaksa membawa pulang Rizki yang
berwajah tampan tersebut karena keterbatasan biaya. Sang ibu kini hanya
menunggu keajaiban agar anak laki-laki dari lima bersaudara ini dapat kembali
normal. Profesi sebagai angsuran tak dapat dilakoninya lagi karena keterbatasan
modal, disamping itu mesti merawat anaknya.
“Hasil pemeriksaan
dokter, bahwa anak saya, Rizki, mengalami patah tulang belakang hingga
menyebabkan urat sarafnya terjepit. Kondisinya kini kian memprihatinkan, ia
lumpuh, tak bisa berbuat banyak. Saya juga sudah mengambil surat rujukan dari
rumah sakit untuk berobat jalan ke Banda Aceh tiga bulan sekali, akan tetapi
upaya ini terpaksa kami hentikan karena biaya,”
aku Maryam seraya berharap.
Penulis:
Zul
Editor:
Chairul