IST |
JAKARTA - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kembali
membuat teror pada Jumat pekan lalu. Kali ini giliran Prancis yang jadi sasaran
mereka.
Teror
yang terjadi di Prancis terdiri dari tujuh serangan di tujuh tempat berbeda.
Serangan paling parah terjadi di Gedung Konser Bataclan yang dipenuhi lebih
dari 1.000 anak muda.
ISIS
mengklaim bertanggung jawab atas serangan teror ini. Klaim ISIS dibenarkan
Presiden Francois Hollande yang segera menggelar jumpa pers di Istana Elycee
pada Sabtu pagi waktu setempat.
"Kejahatan
keji tadi malam dilakukan oleh pasukan jihadis ISIS untuk melawan
Prancis," ujarnya seperti dilansir AFP, Sabtu (14/11).
"Kejahatan
ini dirancang dan dikendalikan dari luar negeri," imbuh Hollande. Presiden
Prancis mengatakan akan melawan organisasi manapun yang berani menyerang Tanah
Air mereka.
Prancis
terlibat operasi militer Koalisi Barat menggempur markas militan di Suriah
sejak akhir September lalu. Jet-jet tempur Negeri Anggur menyasar gudang
logistik ISIS di wilayah utara.
ISIS
memang tengah hangat dibicarakan. Namun, banyak pertanyaan bermunculan,
siapakah sebenarnya ISIS? Apa yang mereka inginkan?
Banyak
spekulasi mengatakan ISIS buatan Amerika Serikat. Seperti yang ditulis dalam
situs globalresearch.ca yang mengatakan kelompok teror ini buatan Negeri Paman
Sam.
Disebutkan
ISIS dirancang sebagai instrumen teror untuk menaklukkan negara-negara kaya
minyak Timur Tengah. Selain itu, ISIS juga disebut-sebut diciptakan untuk
melawan pengaruh Iran yang tumbuh di wilayah dataran pasir tersebut.
Badan
Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat dinyatakan yang pertama kali bersekutu
dengan ekstremis Islam selama era Perang Dingin AS dan Uni Soviet. AS melihat
kala itu dunia bisa mereka kuasai dengan menaklukkan Uni Soviet dan menjadikan
mereka alat.
"AS
telah lama menggunakan terorisme dalam politiknya. Pada 1970-an, CIA
menggunakan Ikhwanul Muslimin di Mesir sebagai penghalang, baik untuk
menggagalkan ekspansi Soviet dan mencegah penyebaran ideologi Marxis.
Bahkan
Amerika juga secara terbuka mendukung Sarekat Islam menjatuhkan Bung Karno di
Indonesia. Mereka juga mendukung kelompok teror di Pakistan, serta mereka juga
yang menciptakan Al Qaidah.
Dalam
situs ini dituliskan AS menggunakan ISIS dalam tiga cara. Pertama, untuk
menyerang musuh di Timur Tengah. Kedua, untuk melayani sebagai dalih intervensi
AS di luar negeri. Ketiga, digunakan untuk mengancam Tanah Air mereka sendiri,
yaitu membenarkan ekspansi yang belum pernah terjadi di wilayah Suriah.
ISIS
ditugaskan untuk menjaga Suriah, dan menahan pengaruh Iran masuk ke negara itu.
Bagi mereka, terorisme merupakan alasan untuk membenarkan pengawasan massa dan
sebagai persiapan untuk pemberontakan di masa mendatang.
Beberapa
bukti yang mengarah pada kebenaran Negeri Adi Daya ada dibalik ISIS yaitu
dengan adanya tulisan US di tenda kemah militan kelompok teror tersebut. Dalam
video latihan para jihadis yang dibuat CNN, terlihat jelas ada tulisan 'US' di
tenda kemah tersebut.
Bukti
ini semakin mengarah pada adanya AS dibalik ISIS. Mungkin AS menyokong para
militan ini sehingga mereka tidak takut berbuat teror.
Calon
Presiden Amerika Serikat Hillary Clinton juga sempat mengakui ISIS merupakan
buatan negara yang dia harapkan dipimpinnya. Pengakuan Hillary Clinton disampaikan
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dalam situsnya.
Beberapa
orang Amerika telah mengaku dalam memoarnya sendiri (termasuk memoar Hillary
Clinton) bahwa mereka telah memainkan peran dalam menciptakan, mengembangkan
dan membangun Daesh dan hari ini juga, mereka mendukungnya, kata Khamenei dalam
situs resminya. Daesh adalah istilah Arab untuk menyebut kelompok Negara Islam
Irak dan Suriah (ISIS).
Rumor
pengakuan Hillary Clinton soal ISIS itu menyebar di sejumlah media
negara-negara Arab. Dikatakan pengakuan Hillary itu dikutip dari isi buku
memoar Hillary "Hard Choices".
Dalam
kutipan yang sebenarnya sama sekali tidak terdapat dalam buku memoar itu,
disebutkan Amerika menciptakan ISIS sebagai respon atas pergantian kepemimpinan
di Mesir yang diambil alih militer ketika mengkudeta Presiden dari kelompok
Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi, pada 2013.
Meski
begitu banyak juga orang yang tidak percaya Hillary benar-benar mengatakan
demikian dalam bukunya.
Ada
dugaan munculnya memoar Hillary dalam kutipan pidato Khamenei di situs itu
karena dimasukkan oleh seorang editor situs itu. [Merdeka]