IST |
YERUSALEM - Situasi yang memanas sepekan terakhir di Tepi Barat
membuat pemerintah Israel menyarankan warganya untuk membawa senjata api setiap
kali keluar rumah.
Diberitakan
Time, Minggu (11/10), saran pemerintah Israel ini membuat penjualan senjata api
dan semprotan merica melonjak. Saran ini dikeluarkan menyusul bentrokan yang
kerap terjadi dan penikaman oleh warga Palestina terhadap sipil Israel.
"Saya
kira semua orang harus memiliki izin kepemilikan senjata. Kami perlu
mempertahankan diri. Saya kira ini salah satu hal yang bisa membantu kami di
situasi seperti ini," kata Idan Albilia, warga Yerusalem, berbicara di
dalam toko senjata untuk membeli pistol pertamanya.
Sedikitnya
lima warga Israel tewas dalam penikaman di Tepi Barat dan Yerusalem. Sementara
itu, 24 warga Palestina terbunuh oleh tentara Israel, delapan di antaranya
pelaku penikaman.
Situasi
yang memanas antara Israel dan Palestina terjadi beberapa hari belakangan,
menyusul munculnya rumor Israel hendak mengganggu status quo di Masjid Al-Aqsa.
Aksi
protes yang diwarnai pelemparan batu dan pembakaran ban oleh pemuda Palestina
dibalas peluru tajam oleh tentara Israel. Israel juga melontarkan roket di
Gaza, menewaskan seorang wanita hamil dan putrinya yang berusia tiga tahun.
Kepolisian
dalam keadaan siaga penuh di banyak kota besar di Israel. Sekitar 1.300 polisi
perbatasan terpaksa disebar di beberapa kota Israel. Pemerintah mengatakan,
mereka akan menambah lagi personel jika dibutuhkan.
Menurut
Kementerian Kesehatan Palestina, korban luka akibat tembakan peluru tajam
tentara Israel di Tepi Barat mencapai sedikitnya 45 orang. Israel mengatakan,
mereka menggunakan peluru tajam kaliber 0.22 untuk menghentikan pelemparan baru
dan pembakaran ban.
Bulan
Sabit Merah mengatakan, korban luka mencapai ratusan orang di Yerusalem, Tepi
Barat dan Gaza. Lembaga medis ini mengatakan, tentara Israel menembakkan gas
air mata ke dalam ambulans di Bethlehem, melukai kru. Israel juga menembak para
tim medis di Gaza dengan gas air mata.
Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam rapat kabinet Minggu mengatakan bahwa
gelombang kekerasan yang terjadi saat ini akibat rumor soal rencana Israel di
Al-Aqsa yang dihembuskan Otoritas Palestina dan Gerakan Islam di Israel,
kelompok advokasi warga Arab di Israel.[CNNIndonesia]