Kuah Pliek. IST |
Oleh
Mahdi Idris
Bukan
saja asin laut dan buai angin gunung
kita
hirup di Tanah Rencong
tapi
aroma kuah pliek lebih kental
mengkhatam
kenangan
Menggelar
ingatan aroma kampung halaman.
Kita
selalu terbayang Ibu
berjalan
tertatih-tatih
mengantar
semangkok kuah pliek
memenuhi
ruang teduh saat makan siang.
Ah,
bagaimana kita lupakan begitu saja
tubuh
yang dilumur aroma kuah pliek
sejak
dalam buaian didendangkan lagu kenangan
nyanyian
pengembaraan berakhir jua di Tanah kelahiran.
Kita
boleh saja pergi ke tanah rantau terjauh
tapi
aroma kuah pliek tetap membuka pintu kerinduan
kembali
pada muasal tercipta,
sebab
di sinilah impian bertarung berkurun waktu.