IST |
LHOKSUKON - Pemerintah Kabupaten Aceh Utara diminta benar-benar
mengawasi kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kilogram, yang akhir-akhir ini sulit
didapatkan warga. Selain persediaan yang sulit didapat, harga pun bisa mencapai
Rp 20.000 sampai 25.000 per tabungnya.
Begitu
juga dengan operasi pasar dan monitoring yang dilakukan Pemkab, diminta
benar-benar dilakukan. Bukan hanya monitoringnya di kantor duduk manis, tidak
ada solusinya.
Dengan
melejitnya harga gas elpiji 3 kg tersebut, sudah melebihi ambang batas maksimum
Harga Eceran Tertinggi (HET) yang cuma mencapai Rp 16 000.
Mahalnya
harga gas elpiji 3 kg itu dikeluhkan sejumlah konsumen, pada umumnya ibu-ibu
rumah tangga dan para pedagang kecil.
“Sebelumnya, kami
membeli bervariasi dari Rp 20.000 hingga Rp 25.000,”
kata Nurhayati (34), ketika ditemui lintasatjeh.com, Selasa (6/10/2015) di
Nibong.
Ibu
satu anak tersebut menambahkan, selain merangkak naik harga gas 3 kg itu, di
lapangan juga langka diperoleh. “Begitu masuk order,
dalam hitungan dua jam, gas 3 kg sudah raib di pangkalan."
Pantauan
lintasatjeh.com, di beberapa kecamatan dalam kabupaten Aceh Utara yakni Nibong,
Syamtalira Aron, dan tanah Luas, harga gas elpiji ini dijual dari Rp 20.000
hingga mencapai Rp25.000.
Ketua
Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Komunikasi Pemberdayaan Pemuda Aceh (FKPPA), Rajali,
meminta kepada Pemerintah setempat dan para pemilik pangkalan elpiji untuk
tidak menaikkan harga elpiji ukuran 3 kg secara sepihak.
Sementara
itu Kabid Perdagangan di Dinas Perindustrian, dan Perdagangan (Disperindag) Aceh
Utara, Zainal Abidin, mengatakan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Aceh,
harga elpiji 3 kg per tabung harus dijual di setiap pangkalan yaitu dengan
harga Rp 16.000.[pin]