Jokowi-JK. IST |
JAKARTA - Pemerintahan Jokowi-JK akan menapaki tangga tahun
kedua. Namun, sebelum melangkah alangkah baiknya mengevaluasi perjalanan selama
satu tahun ke belakang. Kemenangan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014 telah
membumbungkan harapan publik akan perbaikan yang lebih progresif.
Namun,
setelah melangkah selama 365 hari, terlihat sekali bahwa Jokowi belum mampu
memenuhi harapan yang sudah terlanjur tinggi tersebut. Hampir semua sektor
kehidupan mengalami degradasi. Selama setahun ini tidak ada prestasi yang bisa
dibanggakan.
Demikian
dikatakan Sya'roni, Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan
dan Keadilan (Humanika), melalui siaran pers yang diterima lintasatjeh.com,
Selasa (20/10/2015).
Lebih
lanjut dia mengatakan, tantangan yang dialami oleh Jokowi bukan dari luar,
tetapi dari internal pendukungnya sendiri. Terlihat sekali kabinet kerja tidak
bisa berjalan kompak. Konflik terbuka terus dipertontonkan kepada publik.
Terkesan sekali ada "presiden bayangan" yang mencoba berebut kuasa
dengan Jokowi.
Publik
yang berharap kinerja nyata menjadi bingung menyaksikan para aktor pemerintahan
ribut sendiri. Reshuffle yang diharapkan mampu menggenjot roda pemerintahan
juga menjadi kontraproduktif. Tepatnya ada kesalahan dalam penempatan figur
dalam jajaran kabinet.
Sudah
saatnya Jokowi menjadi pemegang kekuasaan tunggal. Siapapun yang mencoba-coba
menjadi presiden bayangan harus disingkirkan. Para menteri yang mencoba
menghamba kepada presiden bayangan juga harus dipecat. Kekuasaan mutlak harus
di tangan Jokowi.
Selain
itu Jokowi juga harus mengakhiri era pencitraan, kembali ke visi kemaritiman,
dan yang terpenting segera mengerek pertumbuhan ekonomi. Menteri-menteri
ekonomi harus digenjot kinerjanya, jangan bermalas-malasan dan berlindung di
balik pelambatan ekonomi global.
Semoga
menapaki tahun kedua, pemerintahan Jokowi-JK mampu memenuhi harapan publik.
Tugas Jokowi yang mendesak adalah menyingkirkan para brutus yang mencoba
menjadi presiden bayangan.[pin]