IST |
KORUT - Korea Utara menggelar parade ulang tahun ke-70 Partai
Rakyat Pekerja, kemarin (10/10), berpusat di Ibu Kota Pyongyang. Dalam pesta
tersebut, Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un memamerkan deretan alutsista teranyar
yang dimiliki negara sosialis paling tertutup sedunia tersebut.
Parade
militer besar-besaran ini dihadiri sekutu dekat Korut, China dan Rusia. China
bahkan mengirim langsung petinggi Partai Komunis, Liu Yunshan, dalam seremoni
ini. Untuk menghormati tamu negara, jet tempur Korut sengaja terbang agak rendah
melewati podium.
Dalam
pidatonya di hadapan ratusan ribu warga Korut yang hadir, Jong-un menceritakan
negaranya memiliki alutsista yang begitu melimpah untuk keperluan pertahanan
diri. Dia mengklaim Amerika Serikat, sebagai simbol kapitalisme dunia, selalu
ingin negaranya ambruk.
"Semangat
baja dan persatuan antara tentara dan rakyatlah yang membuat bangsa kita
berhasil menghadapi sanksi dan isolasi negara-negara imperialis," kata
diktator Korut itu, seperti dilansir BBC.
Jong-un
mengatakan siap mewarisi cita-cita sang kakek, presiden seumur hidup Korea
Utara sekaligus pendiri Partai Rakyat Pekerja Korea, Kim Il-sung. Dia
mengatakan tantangan besar bagi rakyat Korut adalah sewaktu-waktu berperang
dengan AS.
"Semangat
revolusioner partai ini adalah senjata kita. Bekal kita untuk menghadapi perang
yang bisa dikobarkan kapanpun oleh imperialis Amerika Serikat," tandasnya.
Perayaan
ulang tahun partai tunggal di Korut ini sengaja mengundang banyak wartawan
asing, termasuk dari Amerika Serikat. Juru kamera dipersilakan mengambil gambar
sehari-hari di negara tetangga Korsel itu, tetapi dilarang mewawancarai warga
tanpa izin.
Dari
temuan Kantor Berita Reuters, suasana di
Ibu Kota Pyongyang sudah mendekati kota-kota besar dunia lainnya. Banyak warga
menenteng ponsel, kendati tidak ada layanan internet bebas. Sebagian sudut
jalanan pun mengalami kemacetan. Disebut-sebut, ada tiga juta pengguna ponsel
di Korut saat ini.
Namun,
kemiskinan memang masih jadi masalah utama. Ketika retorika pemimpin Korut melulu
soal alutsista dan nuklir, rakyat di banyak lahan pertanian kolektif mengalami
kelaparan.
Juni
lalu, Kantor berita Korut (KCNA) menyatakan kemarau yang memicu gagal panen
besar-besaran ini fenomena terparah dalam 100 tahun terakhir.
"Daerah
paling parah terdampak berada dibagian selatan dan utara Hwanghae. Kegagalan
panen mencapai 80 persen dibeberapa daerah tersebut. Ada lagi yang terdampak
adalah selatan Phyongan dan selatan Hamgyong," ungkap KCNA.
Adanya
kekeringan ini bisa memicu kelaparan di penduduk Korut. Sawah gagal panen
mencapai 136 ribu hektare. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengumpulkan
bantuan senilai USD 111 juta khusus demi Korea Utara, supaya korban kekeringan
tidak meluas.
Negara
ini pernah mengalami fenomena gizi buruk parah pada 1990-an. Kala itu, 70
persen warga Korut (setara 18 juta orang) hidup dengan kekurangan gizi kronis.[Merdeka]