-->

Kesaksian Menteri Sukarno Soal Jebakan G30S

01 Oktober, 2015, 09.45 WIB Last Updated 2015-10-01T02:53:22Z
Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora M. Achadi 
(Republika/M. Akbar Wijaya)
DEPOK - Mohammad Achadi (83 tahun) belum melupakan peristiwa yang terjadi pada Jumat 1 Oktober 1965. Persis 50 tahun silam, sekitar pukul 05.30 WIB, Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora ini sedang bersiap dinas ke kantornya di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan. Tiba-tiba, sang istri yang baru selesai sembahyang datang melarang Achadi berdinas.

“Hari ini papah jangan ke kantor, ada maut! Saya mimpi papah jadi pengantin. Tapi saya marah-marah karena undangannya tidak jadi disebar,” kata Achadi menirukan ucapan istrinya, saat menerima kehahadiran Republika.co.id di Depok, akhir pekan lalu.

Bagi pria kelahiran Kutoarjo, Jawa Tengah ini mimpi menjadi pengantin merupakan pertanda buruk. Dia bisa berari kematian. Apalagi mimpi itu datang dari seorang wanita. “Itu (mimpi jadi pengantin) artinya mati toh?!” kata Achadi.

Firasat sang istri menemui titik terang saat pagi memasuki pukul 07.00 WIB. Saat itu, Achadi mendengar pengumuman yang disiarkan Radio Republik Indonesia (RRI). Pengumuman itu dimulai dengan kalimat seruan: “perhatian, perhatian!” ujar Achadi menirukan suara penyiar Radio.

Belakangan diketahui penyiar RRI pagi itu bernama Yasir Den Has. Dia dipaksa pasukan Gerakan 30 September (G30S) membacakan pengumuman yang menyebutkan bahwa kelompok G30S telah berhasil menyelamatkan Bung Karno dari rencana kudeta Dewan Jenderal.

“Dewan Jenderal adalah gerakan subversive yang disponsori oleh CIA dan waktu belakangan ini sangat aktif dan terutama dimulai ketika Presiden Soekarno menderita sakit yang serius pada minggu pertama bulan Agustus lalu. Harapan mereka bahwa Presiden Soekarno akan meninggal dunia sebagai akibat dari penyakitnya tidak terkabul....

Dewan Jenderal bahkan  telah merencanakan untuk  mengadakan coup (kudeta-red) kontra-revolusioner. Letnan Kolonel Untung mengadakan Gerakan 30 September yang ternyata telah berhasil dengan baik. …,” demikian penggalan isi siaran tersebut.

Achadi bilang siaran RRI di atas membuat banyak pihak terkejut. Tak terkecuali dirinya. Tak sedikit pihak yang secara gegabah mendukung aksi G30S Untung. Pihak itu salah satunya ialah Menteri/Panglima Angkatan Udara Republik Indonesia Laksamana Madya Udara Omar Dhani.

Tepat pukul 09.30 WIB atau 2 jam lebih 30 menit dari pidato di RRI, Omar Dhani melalui Departemen Penerangan Angkatan Udara menyatakan dukungan terhadap aksi G30S. Bahkan Dhani menyebut G30S sebagai gerakan progresif revolusioner yang patut disokong dan didukung.

Orang-orang yang bertindak spontan seperti Dhani tidak sedikit. Mereka umumnya ialah loyalis Bung Karno yang mengira usaha perebutan kekuasaan benar-benar dilakukan Dewan Jenderal. Sebab, beberapa bulan sebelum G30S terjadi, rumor tentang Dewan Jenderal akan merebut kekuasaan telah berembus kencang. Apalagi siaran itu terkesan resmi dari pemerintah karena dibacakan oleh penyiar RRI sehari-hari dan mengatasnamakan Cakrabirawa selaku pengawal pribadi presiden.

“Penyiarnya (berita G30S) yang biasa menyiarkan. Jadi untuk orang awam mengira itu siaran resmi (pemerintah). Nah itu triknya, jadi semua dukung (G30S) kan? termasuk Oemar Dhani dan Kapolda dukung,” katanya.

Achadi bilang reaksi spontan orang-orang terhadap G30S, membuat dalang di belakang layar aksi G30S mampu memetakan siapa saja kelompok loyalis Bung Karno yang mesti dihabisi atau dibui. Dari reaksi spontan semacam itu juga sang dalang G30S memecah belah bangsa Indonesia ke dalam perang saudara. “Saya berkesimpulan bahwa G30S adalah penghianatan berbentuk jebakan-jebakan terhadap Bung Karno dan seluruh kekuatan yang loyal terhadap Bung Karno,” katanya.

Usaha menghacurkan loyalis Bung Karno mendapat legitimasinya setelah pengumuman lanjutan kelompok G30S di RRI pada pukul 13.00 WIB. Pengumuman yang kini disiarkan langsung oleh Untung (bukan Yasir Denhas) menyatakan G30S bertujuan menyelamatkan negara dari kudeta Dewan Jenderal.

Namun anehnya, Untung juga menyatakan pembentukan Dewan Revolusi Indonesia dan mendemisionerkan Kabinet Dwikora bentukan Bung Karno. Ini artinya kelompok G30S telah mengubah tujuan aksinya dari gerakan “heroik” menyelamatkan kepala negara, menjadi kelompok subversif penggerak kudeta.

“Dengan jatuhnya segenap kekuasaan negara ke tangan Dewan Revolusi Indonesia, maka kabinet Dwikora dengan sendirinya berstatus Demisioner,” kata Untung saat itu.

Pidato Untung sontak membuat banyak pihak kaget. Para loyalis Bung Karno yang pada pagi harinya spontan mendukung G30S mulai sadar telah masuk jebakan. Satu per satu mereka ditangkap dan ditahan dengan dalih melakukan makar terhadap pemerintah. Bahkan penangkapan juga dilakukan terhadap loyalis Bung Karno yang menentang aksi G30S. Achadi termasuk termasuk satu dari sekian banyak loyalis Bung Karno yang ditangkap. Dia dipenjara selama kurang lebih 12 tahun tanpa pernah tahu apa kesalahannya.

Pertanyaannya sekarang apa alasan Untung mengubah tujuan aksi G30S? Apakah Untung sadar bahwa perubahan tujuan aksi G30S turut mengubahnya dari seorang "pahlawan" menjadi pesakitan?(ROL)
Komentar

Tampilkan

Terkini