BANDA ACEH - Penandatanganan pernyataan sikap masyarakat Aceh pecinta
Ahlusunnah Wal Jamaah yang ditandatangani oleh 13 perwakilan organisasi ulama, santri
dan masyarakat Aceh dan disetujui oleh Plt. Gubernur Aceh Muzakir Manaf, pada 1
Oktober 2015 adalah murni keinginan untuk mewujudkan Aceh yang beri'tiqad Aswaja,
dan kegiatan ini tidak berkepentingan politis.
Pergerakan
massa dari berbagai daerah di Aceh ini dilakukan guna mempertegas keinginan
masyarakat Aceh untuk menjadikan Aswaja sebagai sendi yang tidak tergantikan
dan sebagai benteng seiring dengan masuknya beberapa aliran keagamaan yang
meresahkan aqidah ummat di Aceh dalam beberapa tahun terakhir.
Hal
tersebut disampaikan oleh Ketua Lambaga Acheh Future Razali Yusuf melalui
Koordinator Program Agama, Adat dan Budaya Teungku Zulfikar yang sedang
melakukan study banding di Kuala Lumpur, Malaysia lewat pesat BlackBerry Messenger, Sabtu
(3/10/2015).
Tgk
Zulfikar manambahkan, semangat yang sesama antara ulama, santri, lembaga sipil
dan tokoh masyarakat Aceh akhirnya mewujudkan parade Aswaja tersebut.
Terkait
berbagai pihak yang menilai adanya kegiatan politis, dirinya menyarankan untuk
berhusnuzan terhadap kesepakatan ulama, bahkan sebagian besar masyarakan yang
berasal dari Kabupaten Aceh Timur menegaskan bahwa Ulama Kharismatik Aceh,
menegaskan bahwa jika Parade Aswaja diperjuangkan karena lillahitaala, maka
dirinya pun akan berpasrtisipasi, sedangkan asalkan ujung-ujungnya tidak ada "boh
manoek mirah" kepentingan lain.
Sementara
itu Teungku Juanda, salah satu santri dari jama'ah yang ikut hadir dalam aksi Aswaja
mengatakan atas nama santri khusunya dari Aceh Timur sangat mengapresiasi
kebijakan Plt. Gubernur Aceh yang telah menandatangani tuntutan jama'ah
tersebut.
"Jangan
di mimbar kampanye berorasi, kami peduli dengan aqidah ummat."
Dia
pun berharap, atas apa yang telah ditandatangani tersebut agar diwujudkan,
jangan sebatas tanda tangan karena masyarakat Aceh sudah belajar banyak dari
para politisi baik nasional maupun lokal, ada yang merasa puas karena kebetulan
sahabat karibnya dan tidak sedikit juga yang merasa kecewa sehingga terkesan
bahwa janji tinggal janji ini pasti ada udang di balik batu.
"Para
ulama dan santri tidak pernah menuntut janji-janji politisi yang bersifat
materil, kami hanya mengharapkan aqidah dan syari'at diberlakukan sesuai Aswaja,"
pungkasnya.[pin]