Paska
Rakor Partai Aceh yang digelar di Hermes Hotel pada Jumat (23/10/2015) malam,
berbagai tanggapan dan opini masyarakat muncul, baik di warkop, kampus, pasar dll. Kemudian
mediapun menyuguhkan berbagai berita untuk menarik pembaca dengan mengemas
ceritanya begitu menggoda untuk kita baca.
Media terus mengejar dan mengawal issu tersebut untuk dapat dikonsumsi publik, dari hal yang menarik dan mencolok pada malam rakor itu yang menjadi perhatian. Media mulai mengemas berita dari posisi duduk Malik Mahmud Al Haytar di kursi yang jauh sangat berbeda dari peserta lainnya, maklum Wali Nanggroe adalah simbol adat di Aceh namun dengan tempat duduk bak singgasana kerajaan menjadi menarik untuk dikupas maknanya apalagi baru terjadi pertama kali dan itupun dalam perhelatan acara partai.
Selain itu, tentang statemen Wali Nanggroe yang dianggap kurang tepat yang secara terbuka mendukung salah satu Petinggi lokal sebagai calon Gubernur Aceh nanti. Itulah yang menjadi pertanyaan masyarakat sekarang kenapa seorang Wali Nanggroe begitu polos, apa memang itu Wali Nanggroenya partai?
Kemudian yang menjadi keanehan lagi dalam rakor itu, ketidakhadiran dua petinggi Tuha Peut Partai Aceh, bukan tidak ada alasan kenapa mereka tidak hadir. Doto Zaini jelas-jelas di media Serambi mengatakan partai itu telah dihancurkan oleh oknum, namanya oknum sulit untuk ditebak pastinya, tapi menurut Muzakkir Manaf hubungannya dengan Zaini sudah baik dari sebelumnya dan ketidakhadiran mereka karena faktor uzur.
Muzakkir Manaf pun dalam rakor itu kembali melempar bola panas ke publik, Mualem menyinggung lagi cerita 1 juta/KK akan terealisasi jika PP Migas disahkan, sementara semua khalayak tahu bahwa PP Migas no. 23 tahun 2015 sudah diundangkan. Ini siapa yang bermimpi, semoga itu bukan PHP.
Ditempat lain Zakaria saman atau sering disapa Apakaria juga tidak mau menghadiri rakor bahkan di www.ajnn.net secara tegas mengatakan Malik Mahmud “Salah Jeb Ubat” (Salah minum obat). Apa yang sedang atau ingin dibuka secara gamblang oleh Apakaria? Masyarakat kembali dibuat bingung.
Sementara menurut peserta yang hadir, Partai Aceh masih utuh dan kuat, buktinya semua perwakilan hadir dan tidak ditemukan perdebatan dan keributan saat rakor berlangsung.
Kita selaku warga Aceh mengucapkan selamat atas suksesnya rakor Partai Aceh, semoga pergantian dan posisi-posisi baru yang dirombak menjadi lebih baik ke depan. Kami hanya mengatakan masyarakat semakin cerdas menilai dan menyimpulkan setiap kondisi dan perubahan yang terjadi serta kita sangat menyayangkan sesama pendiri partai atau petinggi sebuah partai saling menyudutkan.
Muhammad Idris/Fadel
Media terus mengejar dan mengawal issu tersebut untuk dapat dikonsumsi publik, dari hal yang menarik dan mencolok pada malam rakor itu yang menjadi perhatian. Media mulai mengemas berita dari posisi duduk Malik Mahmud Al Haytar di kursi yang jauh sangat berbeda dari peserta lainnya, maklum Wali Nanggroe adalah simbol adat di Aceh namun dengan tempat duduk bak singgasana kerajaan menjadi menarik untuk dikupas maknanya apalagi baru terjadi pertama kali dan itupun dalam perhelatan acara partai.
Selain itu, tentang statemen Wali Nanggroe yang dianggap kurang tepat yang secara terbuka mendukung salah satu Petinggi lokal sebagai calon Gubernur Aceh nanti. Itulah yang menjadi pertanyaan masyarakat sekarang kenapa seorang Wali Nanggroe begitu polos, apa memang itu Wali Nanggroenya partai?
Kemudian yang menjadi keanehan lagi dalam rakor itu, ketidakhadiran dua petinggi Tuha Peut Partai Aceh, bukan tidak ada alasan kenapa mereka tidak hadir. Doto Zaini jelas-jelas di media Serambi mengatakan partai itu telah dihancurkan oleh oknum, namanya oknum sulit untuk ditebak pastinya, tapi menurut Muzakkir Manaf hubungannya dengan Zaini sudah baik dari sebelumnya dan ketidakhadiran mereka karena faktor uzur.
Muzakkir Manaf pun dalam rakor itu kembali melempar bola panas ke publik, Mualem menyinggung lagi cerita 1 juta/KK akan terealisasi jika PP Migas disahkan, sementara semua khalayak tahu bahwa PP Migas no. 23 tahun 2015 sudah diundangkan. Ini siapa yang bermimpi, semoga itu bukan PHP.
Ditempat lain Zakaria saman atau sering disapa Apakaria juga tidak mau menghadiri rakor bahkan di www.ajnn.net secara tegas mengatakan Malik Mahmud “Salah Jeb Ubat” (Salah minum obat). Apa yang sedang atau ingin dibuka secara gamblang oleh Apakaria? Masyarakat kembali dibuat bingung.
Sementara menurut peserta yang hadir, Partai Aceh masih utuh dan kuat, buktinya semua perwakilan hadir dan tidak ditemukan perdebatan dan keributan saat rakor berlangsung.
Kita selaku warga Aceh mengucapkan selamat atas suksesnya rakor Partai Aceh, semoga pergantian dan posisi-posisi baru yang dirombak menjadi lebih baik ke depan. Kami hanya mengatakan masyarakat semakin cerdas menilai dan menyimpulkan setiap kondisi dan perubahan yang terjadi serta kita sangat menyayangkan sesama pendiri partai atau petinggi sebuah partai saling menyudutkan.
Muhammad Idris/Fadel
Penggiat Media Komunitas Warga/Aceh Marginal
Institute AMI - Aceh Timur