-->

Cek Mad: Perkembangan Informasi Ibarat Pisau Bermata Dua

28 Oktober, 2015, 18.15 WIB Last Updated 2015-10-28T11:16:03Z
LHOKSUKON - Pesatnya perkembangan tekhnologi Informasi ibarat pisau bermata dua. Satu sisi ia memberikan jaminan kecepatan informasi, sehingga memungkinkan para pemuda untuk meningkatkan kapasistas pengetahuan dan Skill. Namun, pada sisi yang lain membawa dampak negatif.

Hal ini disampaikan Bupati Aceh Utara, H. Muhammad Thaib membacakan amanat Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Imam Nahrawi, dalam upacara Sumpah Pemuda ke 87 yang berlangsung di lapangan serbaguna Lhoksukon, Aceh Utara, Rabu (28/10/2015).

"Betapa sering, akhir-akhir ini kita disuguhkan kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak-anak muda kita. Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di sosial media," ucap Bupati membacakan amanat Menpora RI.

Sosial media, sambungnya, telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas negara, lintas budaya, lintas agama. Interaksi mereka (Pemuda, red) di sosial media berjalan real time 24 jam.

"Tidak mudah bagi orang tua, guru, lembaga pendidikan termasuk negara untuk dapat mengontrolnya," Imbuh Menpora.

Keprihatinan yang kedua adalah terkait fenomena pengelolaan sumber daya alam yang belum sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan atau suistanability development.

"Sebagai neagara tropis, Indonesia menjadi tumpukan dunia untuk menjaga keseimbangan iklim melalui pasokan oksigennya. Namun hari ini justeru kita menjadi negara yang menyumbang polusi terbesar di kawasan Asia Tenggara melalui kabut asap," ucapnya lagi.

Upacara yang berlangsung di lapangan Lhoksukon ini turut dihadiri pejabat tinggi TNI/Polri, Instansi Pemerintaha setempat, dan para pelajar dari tingkat Sekolah Dasar hingga Menengah Atas.

Peringatan sumpah pemuda yang ke 87 kali ini mengambil tema "Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi" berjalan aman, tertib dan lancar.[Chairul]
Komentar

Tampilkan

Terkini