IST |
SEBUAH
survei dari situs kencan online di Amerika Serikat, Match.com menyebutkan bahwa
di usia 25 tahun ke atas, seorang perempuan mulai memandang hidup dengan jangka
panjang. Kriteria laki-laki idaman pun tak hanya dilihat dari tampilan fisik
yang memukau, namun juga kecocokan seksual.
“Dalam memilih
pasangan, perempuan akan menilai apakah si dia adalah pria yang dapat memberi
nilai lebih, atau justru membebani. Mereka ingin mencari pria yang bisa menjadi
mitra, sehingga nantinya anak-anak mereka dapat memiliki kehidupan yang baik,”
ujar Dr Karen Ruskin, seorang psikoterapis keluarga dan pernikahan.
Banyak
yang bilang usia 25 rentan mengalami krisis diri, terutama menyangkut soal
cinta. Ini dia 6 masalah cinta di usia 25.
1.
Krisis diri
Umumnya
orang-orang yang menginjak usia 25 tahun ke atas akan merasakan adanya krisis
pada diri sendiri. Ini adalah masa transisi, dimana Anda mulai memasuki
fase dewasa, sehingga tanggung jawab semakin besar. Tak hanya krisis yang
menyangkut kehidupan sosial dan pekerjaan, tapi juga asmara. Berhentilah
membanding-bandingkan diri Anda dengan orang lain. Setiap orang memiliki
kehidupan masing-masing yang tentunya berbeda. jadilah diri sendiri dan yakin
bahwa kita bisa sukses dengan cara kita sendiri. Begitu pula soal relationship.
Ketika kehidupan cinta Anda tak semulus teman-teman, berpikirlah secara dewasa
bahwa di usia ini Anda sedang mempersiapkan diri untuk menjadi pribadi yang
lebih baik untuk menjalin sebuah hubungan.
2.
Ingin hubungan yang lebih serius
Memulai
sebuah hubungan di usia yang lebih matang tentu berbeda dengan saat masih ABG.
Jika dulu Anda pacaran hanya untuk sekedar status atau memiliki teman jalan,
kini pandangan itu akan berubah. Di usia ini Anda akan menginginkan sebuah
hubungan yang lebih serius. Bukan lagi hubungan yang main-main atau hubungan
tanpa visi ke depan. Pertimbangkan hal ini dengan matang, apakah pria yang
dekat dengan Anda saat ini memiliki pandangan yang sama dengan Anda. Jika
tidak, mungkin Anda perlu memikirkannya kembali.
3.
Kapan nikah?
Alasan
lain mengapa perempuan buru-buru mencari pasangan di usia yang sudah melewati
seperempat abad ini adalah karena pertanyaan di atas. Mungkin bagi Anda yang
sudah memiliki calon, rencana pernikahan di usia tersebut bukanlah halangan.
Namun jika belum punya kekasih, apakah lantas Anda harus buru-buru hunting?
Mencari memang perlu, namun jangan asal. Khusus untuk hal ini, tidak ada
salahnya menjadi lebih selektif. Ingat, yang akan dipilih adalah pria yang akan
hidup bersama dengan Anda nantinya. Bukan sekadar saling jatuh cinta, menikah,
lalu hidup bersama. Banyak aspek yang harus diperhatikan, seperti merencanakan
keuangan, soal anak, sampai pembagian peran masing-masing dalam keluarga.
4.
Teman-teman sudah menikah
Ketika
sedang reuni dengan teman-teman, Anda mulai sadar bahwa Anda masih single di
antara mereka yang sudah menikah. Seringkali perempuan yang masih lajang di
usia dewasa mendapat berbagai stigma yang membuatnya menjadi tertekan.
Misalnya, perempuan lajang cenderung kesepian atau terlalu pemilih soal teman
hidup. Jangan terjebak dengan stigma semacam itu. Ambil saja sisi positifnya.
Ketika rekan-rekan sekerja sudah berumah tangga, Anda bisa mulai ‘berguru’
pada mereka. Banyak hal yang bisa dipelajari ketika mereka curhat dengan Anda.
Manfaatnya? Ketika sudah menikah nanti Anda sudah memiliki tips dan trik untuk
mengatasi tantangan yang ada.
5.
Pacaran lama tapi enggak nikah-nikah
Lama
tidaknya sebuah hubungan tidak menjamin lancarnya proses menuju ke pelaminan.
Namun ketika kita sudah menjalani waktu pacaran yang cukup lama namun si dia
tidak juga segera melamar, apa yang harus dilakukan? Fokus utamanya bukan hanya
sekedar menikah. Selama masih pacaran, bicarakan hal-hal yang perlu kalian
persiapkan dengan pasangan untuk kedepannya. Buatlah perencanaan yang matang
soal keuangan, setidaknya Anda berdua memiliki keuangan yang stabil. Menjadi
sosok yang mampu mengendalikan emosi juga menjadi nilai plus, apalagi Anda akan
hidup bersama dan dituntut untuk bisa saling bersinergi. Last, Anda harus
mengerti tanggung jawab masing-masing. Jangan sampai salah ambil keputusan dan
berujung pada pertengkaran.
6.
Masih lajang
Anda
masih melajang? Khawatir dengan omongan orang-orang di sekitar soal status
Anda? Tak perlu khawatir. Belum memiliki pasangan hidup ketika yang lain sudah
sibuk dengan kehidupan baru masing-masing bukanlah akhir dari hidup Anda. Jika
Anda sedang tidak mencari sosok pria idaman, maka luangkanlah waktu untuk lebih
mengenali diri sendiri. Gunakanlah waktu yang Anda miliki untuk fokus terhadap
hal-hal yang mungkin tidak bisa Anda lakukan ketika sudah tidak single lagi.
Misal memperluas persahabatan, menaikkan jenjang karier, atau bahkan menjadikan
hobi Anda sebagai bisnis baru. Cinta akan datang ketika memang sudah saatnya,
tapi menunggu hanyalah buang-buang waktu.[Kompas]