Syukrillah MK |
LHOKSUKON - Anak yatim dan janda diminta jangan dijadikan sebagai
alasan untuk kepentingan pribadi, terutama dalam pengutipan uang desa. "Bila
kita memanfaatkan nama-nama mereka, maka tunggu bala yang akan datang,"
demikian disampaikan ketua Lembaga Acheh Future melalui Sekretaris Jenderal,
Syukrillah MK, menanggapi pemberitaan di media terkait pengutipan dana desa di kecamatan
Tanah Jambo Aye, kabupaten Aceh Utara, yang sedang santer dibicarakan.
Melalui
pesan Blackberrynya yang diterima lintasatjeh.com, Kamis (8/10/2015). Ia
menyayangkan hal itu terjadi. Perlu diketahui, ujar Syukri, di depan mata kita
anak yatim dan janda-janda hidupnya sangat memprihatinkan.
"Seharusnya
kita berterimakasih kepada anak-anak yatim yang orang tuanya syahid di medan
pertempuran hanya demi cita-cita memperjuangkan bangsa dari keterpurukan pembangunan
di segala lini di Aceh. Walaupun, sekarang ini yang menurutnya banyak oknum yang
telah menipu para pejuang yang telah tiada karena telah melanggar sumpah,"
ujar Syukri.
Syukri
menambahkan, dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 pihaknya telah mendata gampong-gampong
yang ada di Aceh untuk memperoleh data-data korban konflik atara kedua belah
pihak yang bertikai RI-GAM. Selanjutnya pada akhir tahun 2014 pihaknya juga
pernah mengunjungi daerah terpencil, di sana dirinya melihat banyak anak-anak
yatim yang hidupnya serba kekurangan, namun tetap semangat menjalani hidupnya.
Menurutnya,
bila pengutipan uang seperti yang terjadi di kecamatan Tanah Jambo Aye, itu
salah satu bukti tiap-tiap ada kegiatan pekerjaan proyek mereka meminta uang
dengan alasan untuk membatu anak-anak yatim, tapi anak yatim yang mana?
Bukankah dana untuk anak yatim telah di alokasikan oleh pemerintah?
"Yang
sangat kami sesalkan oknum di KPA membeda-bedakan anak yatim di saat membagi-bagikan
uang megang. Bila anak yatim korban konflik mendapatkan amplop, tapi bila anak
yatim bukan korban konflik, menjadi penonton. Apakah ini yang namanya keadilan?,"
ujarnya.
Untuk
itu, Acheh Future sebagai lembaga yang konsen di bidang sosial meminta kepada para
petinggi Komite Peralihan Aceh dan Partai Aceh (KPA/PA) untuk membuka mata untuk
menoleh ke belakang, janga selalu memandang ke atas.[red]