LANGSA - Tiap hari libur khususnya menjelang sore hari suasana
di taman bambu runcing Kota Langsa semakin ramai dipenuhi pasangan keluarga,
muda mudi, tua muda, anak-anak, laki-laki dan perempuan bersenda gurau tertawa
bahagia menikmati suasana taman yang nyaman dan asri.
Namun
ditengah-tengah pengunjung, ada pemandangan berbeda dengan hadirnya seorang
pria yang sudah tidak muda lagi dengan kamera dslr tergantung di lehernya dan
sebuah tas kain warna hitam yang disandang disamping pinggangya, Sabtu
(18/10/2015) malam Minggu.
Lelaki
dengan kulit yang sudah mulai keriput itu berkeliling mendatangi orang-orang
yang ada di taman dan menawarkan jasanya untuk diambil fotonya dengan kamera
dslr. Memang tidak semua pengunjung taman bambu runcing tertarik diambil foto
dan langsung dicetak tapi pria paruh baya itu tak putus asa dan terus
menawarkan jasanya.
Lelaki
itu bernama M. Yahya, warga asli Dusun Nuri Kebun Lama, Kec. Lama, Kota Langsa.
M. Yahya tetap giat menenteng kameranya di usianya yang sudah menginjak 67
tahun. Beristrikan Darmani yang berumur 2 tahun lebih muda, M. Yahya dikaruniai
7 orang putra, 4 laki-laki dan 3 perempuan.
Berbekal
pengalamannya menjadi juru foto keliling sejak tahun 1973, M. Yahya menekuni
pekerjaannya hingga tahun 2012 dan beroperasi di Pelabuhan Kuala Langsa. Dalam
perjalanannya, terkadang tidak semulus yang dibayangkan. Bahkan pengalaman
pahit harus dijalaninya ketika dirinya menjadi korban hipnotis dan harus
merelakan kameranya dibawa kabur sang penghipnotis. Pengalaman 3 tahun lalu
menjadi cambuk diri, bahwasanya orang baik belum tentu memiliki niat baik.
Semenjak
saat itu, M. Yahya harus mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk membeli kamera
baru sebagai penunjang kerjanya. Alhasil, sudah 3 tahun ini M. Yahya kembali
menjadi juru foto dan pindah lokasi dari Kuala Langsa ke taman bambu runcing di
pusat Kota Langsa. Dengan motor tuanya, bermerk Astrea 800 yang pernah menjadi
kendaraan idola pada masanya, M. Yahya berangkat menuju taman bambu runcing
sekitar pukul 16.30 WIB. Dirinya langsung beraksi dengan mendatangi para
pengunjung untuk menawarkan pemotretan.
Meski tidak semua orang tertarik karena lebih memilih berfoto ria dengan
kamera ponselnya, namun kalau rezeki tak akan lari.
Rupanya
ada pengunjung yang tertarik untuk merasakan jepretan kamera Bapak Yahya. Pak
Yahya langsung beraksi dengan kameranya kemudian menjepret seorang ibu rumah
tangga Deviana (33), bersama dengan anak dan tetangganya dengan latar belakang
khas patung bambu runcing simbol perjuangan warga Langsa.
Devina
mengatakan sengaja datang ke taman bambu runcing bersama anak dan tetangganya
untuk berekreasi menikmati suasana, menghilangkan suntuk dan menikmati hari
libur.
Devina
juga mengaku sudah lama tahu kalau Pak Yahya merupakan juru potret di taman
bambu runcing bahkan sejak kecil dirinya mengenal Pak Yahya karena memang
tetangga kampung. "Sudah tahu dari kecil bahkan dulu ada 3 orang juru
foto. Tapi sekarang sepertinya tinggal Pak Yahya saja," ujarnya.
"Jarang
foto, paling pakai kamera ponsel saja. Tadi memang rencana kami mau foto sama
Pak Yahya, soalnya bisa langsung dicetak. Kalau di hp khan jarang dicuci,"
kata Devina sembari mengatakan untuk harga fotonya standar, enaknya tidak perlu
ke studio foto. Tinggal tunggu sambil rekreasi sudah jadi.
Hal
yang sama juga disampaikan Laili Wahyuni (33), warga Desa Sidorejo, Kec. Langsa
Lama, Kota Langsa.
"Kebetulan
jalan dengan teman dan anaknya. Tadi sempat cari bapak juru potret. Sengaja mau
foto di taman bambu runcing," katanya.
"Tapi
saya salut sama Bapak Yahya, meskipun sudah tua tapi masih semangat bekerja.
Jadi silahkan pengunjung datang ke bambu runcing sembari berfoto ria,"
pungkasnya.
Tidak
menunggu lama, sekitar 15 menit setelah difoto. Bapak Yahya sudah kembali
dengan hasil jepretannya. Kemudian diserahkan ke pengunjung dan dengan senyum
sumringah melihat hasilnya.
"Terimakasih,
saya harus cari pelanggan lagi," demikian kata M. Yahya sembari
menghabiskan waktunya hingga menjelang magrib.[ar]