BANYUWANGI – Peringatan haul
ke 7 leluhur Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur
berlangsung hikmat. Sebanyak 500 ambeng (nasi bancakan-red) diarak mengelilingi
Dusun Grajagan sebagai bentuk rasa hormat warga setempat kepada leluhurnya.
Selain itu peringatan haul ini juga sebagai bentuk rasa syukur warga Grajagan kepada sang Maha Pencipta, karena atas karunia-NYA warga setempat diberikan keberkahan dalam menjalankan aktivitas keseharian.
Selain itu peringatan haul ini juga sebagai bentuk rasa syukur warga Grajagan kepada sang Maha Pencipta, karena atas karunia-NYA warga setempat diberikan keberkahan dalam menjalankan aktivitas keseharian.
Warga
yang mayoritas kesehariannya berprofesi sebagai petani dan nelayan ini terlihat
kompak dalam menggelar tradisi tahunan tersebut, mereka terlihat guyub saat
prosesi itu digelar, para ibu rumah tangga terlihat menyunggi ancak, sedangkan
para lelaki terlihat memanggul ancak yang mereka sebut sebagai ancak agung
berhiaskan tanaman hasil sawah serta kentongan tua milik desa Grajagan pertama
yang disakralkan oleh warga setempat.
Kegiatan
semakin semarak saat ambeng–ambeng itu diarak diiringi
music Drum band yang sengaja dihadirkan untuk memeriahkan jalannya prosesi,
menurut Khoirul Anam selaku panitia mengatakan jika prosesi ini disebut sebagai
prosesi kirab.
Setelah
diarak mengelilingi kampung, ancak agung itu kemudian diarak ke makam leluhur
Desa Grajagan. Jalan yang dilalui tidaklah mudah, para pembawa ancak harus
melewati sungai menggunakan getek secara bergantian. Saking banyaknnya warga
yang antusias mengikuti jalannya prosesi, ketika menyebrang ke sungai itu harus
rela mengantri menuju ke makam leluhur mereka.
Sesampainya
di makam leluhur, setelah dilakukan doa bersama ancak tersebut kemudian
dinikmati warga yang mengikuti kirab. Konon, barang siapa yang memakan ancak
yang baru dikirab itu akan mendapatkan keberkahan tersendiri.
“Warga yakin terdapat keberkahan dalam setiap ambeng yang baru dikirab,” papar Khoirul Anam kepada sejumlah media (25/10/2015) kemarin.
“Warga yakin terdapat keberkahan dalam setiap ambeng yang baru dikirab,” papar Khoirul Anam kepada sejumlah media (25/10/2015) kemarin.
Anam
menjelaskan kegiatan 500 ambeng ini diikuti lebih dari 500 warga Desa Grajagan,
kegiatan ini dilaksanakan di setiap tahun di bulan sura (Muharram). “Kegiatan
dilaksanakan di bulan sura. Warga sangat antusias,”
jelasnya.
Anam
menambahkan, leluhur Desa Grajagan tak lain adalah kepala desa pertama Desa
Grajagan bernama Mbah Karso Wono Samudro dan Mbah Ratih selaku Istri
Pertama dari lurah pertama tersebut, kemudian Mbah Rekso Wono Samudro, lurah ke
dua Desa Grajagan. Mbah Nembok (Satariyah–Latariyah)
dan Kyai Agung Wilis suami dari Mbah Nembok. Kyai Lambang Sukmo, Mbah Barak,
Mbah Ilham, Zaenal Arifin dan Mbah Dono. Ini semua adalah leluhur Desa
Grajagan.
Rangkaian
kegiatan ke 7 leluhur Desa Grajagan ini menurut Anam, diakhiri dengan pengajian
yang digelar di halaman makam Mbah Ratih, Mbah Rekso dan Mbah Karso, bertempat
di Tanah Pusaka Dusun Grajagan Pantai Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo. “Kegiatan
ditutup dengan pengajian yang diikuti oleh seluruh peserta kirab,”
pungkasnya.
Kegiatan
ini dibuka oleh mantan wakil bupati Banyuwangi Yusuf Widiyatmoko, yang ikut
serta dalam prosesi kirab haul ke 7 leluhur Desa Grajagan membaur bersama
masyarakat Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo.[Yud]