-->

500 'Ambeng' Warnai Haul Leluhur Desa Grajagan

26 Oktober, 2015, 22.31 WIB Last Updated 2015-10-26T15:32:31Z
BANYUWANGI Peringatan haul ke 7 leluhur Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur berlangsung hikmat. Sebanyak 500 ambeng (nasi bancakan-red) diarak mengelilingi Dusun Grajagan sebagai bentuk rasa hormat warga setempat kepada leluhurnya.

Selain itu peringatan haul ini juga sebagai bentuk rasa syukur warga Grajagan kepada sang Maha Pencipta, karena atas karunia-NYA warga setempat diberikan keberkahan dalam menjalankan aktivitas keseharian.

Warga yang mayoritas kesehariannya berprofesi sebagai petani dan nelayan ini terlihat kompak dalam menggelar tradisi tahunan tersebut, mereka terlihat guyub saat prosesi itu digelar, para ibu rumah tangga terlihat menyunggi ancak, sedangkan para lelaki terlihat memanggul ancak yang mereka sebut sebagai ancak agung berhiaskan tanaman hasil sawah serta kentongan tua milik desa Grajagan pertama yang disakralkan oleh warga setempat.

Kegiatan semakin semarak saat ambeng–ambeng itu diarak diiringi music Drum band yang sengaja dihadirkan untuk memeriahkan jalannya prosesi, menurut Khoirul Anam selaku panitia mengatakan jika prosesi ini disebut sebagai prosesi kirab.

Setelah diarak mengelilingi kampung, ancak agung itu kemudian diarak ke makam leluhur Desa Grajagan. Jalan yang dilalui tidaklah mudah, para pembawa ancak harus melewati sungai menggunakan getek secara bergantian. Saking banyaknnya warga yang antusias mengikuti jalannya prosesi, ketika menyebrang ke sungai itu harus rela mengantri menuju ke makam leluhur mereka.

Sesampainya di makam leluhur, setelah dilakukan doa bersama ancak tersebut kemudian dinikmati warga yang mengikuti kirab. Konon, barang siapa yang memakan ancak yang baru dikirab itu akan mendapatkan keberkahan tersendiri.

“Warga yakin terdapat keberkahan dalam setiap ambeng yang baru dikirab,” papar Khoirul Anam kepada sejumlah media (25/10/2015) kemarin.

Anam menjelaskan kegiatan 500 ambeng ini diikuti lebih dari 500 warga Desa Grajagan, kegiatan ini dilaksanakan di setiap tahun di bulan sura (Muharram). “Kegiatan dilaksanakan di bulan sura. Warga sangat antusias,” jelasnya.

Anam menambahkan, leluhur Desa Grajagan tak lain adalah kepala desa pertama Desa Grajagan bernama Mbah Karso Wono Samudro dan  Mbah Ratih selaku Istri Pertama dari lurah pertama tersebut, kemudian Mbah Rekso Wono Samudro, lurah ke dua Desa Grajagan. Mbah Nembok  (Satariyah–Latariyah) dan Kyai Agung Wilis suami dari Mbah Nembok. Kyai Lambang Sukmo, Mbah Barak, Mbah Ilham, Zaenal Arifin dan Mbah Dono. Ini semua adalah leluhur Desa Grajagan.

Rangkaian kegiatan ke 7 leluhur Desa Grajagan ini menurut Anam, diakhiri dengan pengajian yang digelar di halaman makam Mbah Ratih, Mbah Rekso dan Mbah Karso, bertempat di Tanah Pusaka Dusun Grajagan Pantai Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo. “Kegiatan ditutup dengan pengajian yang diikuti oleh seluruh peserta kirab,” pungkasnya.

Kegiatan ini dibuka oleh mantan wakil bupati Banyuwangi Yusuf Widiyatmoko, yang ikut serta dalam prosesi kirab haul ke 7 leluhur Desa Grajagan membaur bersama masyarakat Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo.[Yud]
Komentar

Tampilkan

Terkini