LHOKSUKON - Scott Thomson, pria asal Skotlandia, yang mengayuh
becak selama 22 hari sejauh 2.612 km dari Banda Aceh ke Jakarta tiba di
Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, pagi tadi pukul 08:30 WIB, Selasa (29/9).
Scott
Thomson melalui dua anggota Crew pengawalnya, Yunus dan Wawan mengatakan, aksi
yang dilakukannya itu bertujuan untuk menggalang dana amal bagi empat yayasan
di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.
Aksi
yang diberi nama “Becak Terus” itu dimulai sejak
Minggu (27/9) pagi di Museum Tsunami Banda Aceh yang dilepas oleh Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, Reza Fahlevi bersama Sekretaris Jenderal
Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), dan Project Director Becak Terus, Muhammad
Farhan, serta General Manajer Museum Tsunami Aceh, Tomi Mulya Hasan.
Kata
Scott, penderitaan yang dia alami, baik fisik maupun mental tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan masyarakat Aceh saat bencana tsunami
2004 silam.
"Itu
menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi saya untuk menyelesaikan misi ini,”
ujar Thomson.
Dikatakan,
tadi malam ia tiba di Kota Lhokseumawe dan menginap di Hotel Lido Graha dengan
ditemani para crew pengawal pribadinya. Scott mengayuh becak ditengah
pengawalan crew depan dan belakang.
"Rencana
siang nanti atau sore kami akan menginap di Hotel Kartika Kota Langsa. Maka
dengan ini kami berharap masyarakat Aceh mendukung aksi Scott, mohon doanya
juga ya," harap Yunus.
Aksi
Scott ini juga berusaha memecahkan rekor dunia dari Guiness Book Records untuk
kategori perjalanan terjauh dengan becak. Ia dijadwalkan akan tiba di Jakarta
pada 18 Oktober 2015.
Sementara
empat yayasan yang dikampanyekan Scott Thomson adalah YCAB, Mary’s
Cancer Kiddies, Wisma Chesire, dan Yayasan Puspita.
"Dalam
perjalanannya Scott Thomson akan melintasi berbagai kota di delapan provinsi,
ia akan melihat keberagaman dan berinteraksi dengan penduduk lokal," kata
Wawan dan Yunus crew pengawal Scott.
Dengan
ini, Scott berharap aksi yang dilakukannya itu nantinya akan menimbulkan reaksi
penduduk lokal terhadap dirinya sebagai warga asing yang rela mengayuh becak
untuk aksi amal.
Sebelumnya,
Scott Thomson sudah melakukan dua aksi amal lainnya, yakni berlari di Gurun
Sahara pada 2010 untuk membantu anak-anak penderita kanker dan berlari dari
Bali ke Jakarta pada 2012, sehingga berhasil membangun rumah belajar di Bali,
Banyuwangi, Situbondo, dan Marunda.
Sebagian
dana yang dikumpulkan, menurut dirinya juga diberikan kepada penderita kanker.
Dirinya menabalkan nama “The Flying Merah Putih”
untuk becaknya, sebuah becak usang yang dibeli di kawasan Tangerang pada
November 2013 lalu.[chairul]