-->

Acheh Future: Kemajuan Pembangunan Aceh Tersandung SKPA

15 September, 2015, 20.10 WIB Last Updated 2015-09-15T13:11:11Z
LHOKSUKON - Lembaga Acheh Future menilai kemajuan pembangunan Aceh saat ini tersandung oleh Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA). Realisasi anggaran Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) di setiap dinas yang sangat lambat dalam penyerapan anggaran itu sangat memprihatinkan dan bukan masalah baru bagi pembangunan Aceh.

"Bagaimana tidak, waktu yang sangat riskan menuju akhir tahun anggaran, tapi serapan anggarannya setiap dinas masih dalam angka 50 persen," demikian kata Ketua Acheh Future, Razali Yusuf melalui Koordinator Hanafiah, kepada lintasatjeh.com, Selasa (15/9/2015).

Menurut dia, realisasi ini dinilai sangat lamban. Bayangkan saja, hingga sekarang masih ada beberapa dinas yang yang serapan anggarannya masih di bawah 25 persen. Kata dia, persentase yang sangat kecil mengingat tahun anggarannya sudah hampir habis sejak disahkannya anggaran oleh DPRA bulan Februari lalu.

Dia menyebutkan, berdasarkan sumber dari situs P2K APBA milik pemerintah Aceh, Dinas Pengairan Aceh 19,7 persen, Dinas Bina Marga aceh 20,2, Dinas Cipta Karya Aceh 20,4, Dinas Kesehatan Hewan 21,3, Dinas Koperasi dan UKM 21,9, dan Dinas pendidikan 22,6.

Acheh Future meminta SKPA dalam hal ini harus bertanggung jawab, dan DPRA selaku yang mengesahkan anggaran kiranya juga memantau kemajuan pembangunan. Jangan hanya lewat lisan dan perkataan, tapi dengan tindakan dan pemantauan ke setiap proyek dan kinerja SKPA yang menggunakan anggaran APBA, karena ini masalah sangat krusial dalam pembangunan dan kepentingan publik.

Bilapun hal ini tidak digenjot secepatnya, ucap Hanafiah, maka ini akan jadi masalah serius bagi pembangunan dan merugikan masyarakat Aceh.

"Bek sampee dikheun lee masyarakat "matee koen lakoe rugoe koen atra" ke pemerintah yang konon lagi pembangunan Aceh adalah prioritas.

SKPA seharusnya punya program kerja masing-masing untuk mengantisipasi hal seperti ini terjadi. Jangan seperti pepatah Aceh yang menyatakan "beurangkat kapai baroe pula lada" (kapal mau berangkat baru menanam merica atau lada) Begitu juga dengan masalah penggunaan anggaran di Aceh hari ini, saat tahun anggaran sudah kepepet baru sibuk dan tergopoh-gopoh dalam realisasi anggarannya.

Sementara DPRA nya sibuk dengan ultimatum dan statemennya, dan SKPA nya juga harus mengejar keterlambatan dalam realisasi anggaran nya.

"Masak merealisasikan anggaran saja tidak becus, ini sangat memalukan dan miris sekali bagi masyarakat Aceh khususnya. Karena hanya realisasi anggaran gaji pegawai dan pejabat yang tidak lambat dalam realisasinya, dan realisasi anggaran untuk pembangunan masih sangat lambat," pungkasnya.[rls]
Komentar

Tampilkan

Terkini