LHOKSUKON – Dirgahayu Republik Indonesia ke 70 yang bertepatan pada
Senin 17 Agustus 2015, di Kabupaten Aceh Utara meriah. Mulai dari anak-anak
sampai orangtua pun turut memadati Lapangan Upacara Kota Lhoksukon guna
menyaksikan hiburan theater dan tarian kolosal.
Theater yang dimainkan oleh siswa-siswi
Sekolah Mengah Atas (SMA) tersebut mengambil cerita rakyat Indonesia melawan
penjajahan Belanda, yang mengisahkan heroiknya pemuda Indonesia saat
merobek-robek bendera Belanda menjadi bendera Indonesia—Merah Putih—di Hotel
yamato Surabaya, Jawa Timur.
Kisah perobekan bendera yang
dimainkan oleh siswa-siswi itu berawal, setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia
yang dibacakan oleh Presiden Soekarno untuk mengibarkan bendera negara di semua
wilayah Indonesia pada 31 Agustus 1945.
Kemudian maklumat tersebut memicu
kemarahan Belanda. Belanda juga menegaskan bahwa Indonesia masih di bawah
kendali mereka dengan cara mengibarkan bendera Belanda di tingkat teratas Hotel
Yamato pada 18 September 1945 malam. Sekarang menjadi Hotel Majapahit Surabaya.
Keesokan harinya para pemuda
Surabaya yang melihat bendera Belanda berkibar menjadi marah. Mereka menganggap
Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia. Lalu, pemuda Indonesia mendatangi
Hotel tersebut untuk berunding dengan Belanda agar menurunkan benderanya.
Karena perundingan gagal,
akhirnya terjadi pertikaian hingga akhirnya bendera Belanda berhasil dirobek
bagian biru hingga menyisakan warna merah putih, dan sesorang pemuda Indonesia tewas
ditembak Belanda saat merobek bendera penjajah Belanda.
Dalam adegan itu, mereka juga
memperagakan kerja rodi rakyat Indonesia. Siswa juga melakukan tarian kolosal yang
mengisahkan perjuangan seorang Pahlawan perempuan Aceh, Cut Meutya dalam melawan
penjajahan Belanda, kemudian suami Cut Mutya gugur ditembak oleh tentara Belanda.
Pertunjukan theater dan tarian
kolosal digelar seusai upacara pengibaran bendera Merah-Putih, yang mengambil
tempat di Lapangan Upacara Ibukota Lhoksukon. Hadir Bupati Aceh Utara Muhammad
Thaib dan Wakilnya M. Jamil MKes, serta seluruh pejabat pemerintahan Aceh Utara,
tenaga pendidik, pelajar, tokoh pemuda dan masyarakat.[pin]