ACEH TAMIANG - Innalilahi wa inna Illaihi raji'un, setelah setahun menderita stroke, Raja Pantun Bumi Muda Sedia (Aceh Tamiang_red), Muhammad Harun, berpulang ke Rahmatullah, pada Minggu (30/8/2015), sekitar pukul 18.25 WIB.
Ayah dari enam putri, yang lahir di Desa Marlempang, Kecamatan Bendahara, 31 Juli 1956 lalu, sudah menjadi "langganan" tetap bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang untuk membaca pantun saat menyambut kedatangan tamu-tamu penting yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU, RSU Kuala Simpang.
"Saat ini jenazah Sang Raja Pantun, Muhammad Harun telah dibawa pulang ke rumah duka, di Dusun Arung Gajah, Desa Muka Sei Kuruk, Kecamatan Seruway dan akan dimakamkan, Senin 31 Agustus 2015," kata Tokoh Pemuda Seruway, Irwan Agusti, kepada lintasatjeh.com, Minggu (30/8/2015).
Irwan juga menjelaskan bahwa Muhammad Harun mulai dirawat di ruang ICU, RSU Kuala Simpang sejak Rabu (26/18/15) kemarin.
"Selamat Jalan Muhammad Harun, walau jasamu tidak pernah dihiraukan oleh para pejabat di Pemerintahan Aceh Tamiang, namun kami para pemuda-pemudi yang cinta kepada adat dan budaya Tamiang, tetap mengagumimu," kata Irwan Agusti.
Hal yang sama juga disampaikan Yuni Hajiani seorang mahasiswi yang mengagumi sosok Muhammad Harun. Menurutnya, Sang Raja Pantun Bumi Muda Sedia sangat peduli terhadap pelestarian budaya Aceh Tamiang. Kemudian sikap tidak mengeluh dengan kondisi hidupnya sekarang, patut kita contoh karena dalam berkarya tak perlu memikirkan orang untuk menghargainya namun sepeninggal beliau pasti akan banyak yang mengenang kiprah beliau di Bumi Mudia Sedia.
"Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahnya dan menempatkan beliau di tempat yang terbaik disisi-Nya, Amiin," pungkasnya.
Untuk diketahui, Muhammad Harun (58), warga Kampung Muka Sei Kuruk, Kecamatan Seruway, merupakan tokoh pantun untuk menyambut kedatangan tamu-tamu penting yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang.
Pantun yang dibacakan oleh Muhammad Harun, selalu diawali dengan perkenalan dirinya, kemudian dirangkaikan kalimat-kalimat yang menggambarkan tentang situasi daerah Aceh Tamiang serta berbagai kekayaan alam dan berbagai potret ataupun warna lainnya yang memang ada di kabupaten yang terkenal dengan julukan Bumi Raja Muda Sedia tersebut.
Lantunan pantun Muhammad Harun sudah pernah didengar secara langsung oleh Ahmad Sujudi ketika masih menduduki Menteri Kesehatan, Bahctiar Chamsah saat menjabat Menteri Sosial, Mayjen TNI Endang Suwarya saat menjabat Pangdam Iskandar Muda.
Kemudian, Abdullah Puteh saat menjabat Gubernur Aceh, Mayjen Sulaiman AB saat menjabat Danpuspom TNI, Kolonel H. AY. Nasution saat menjabat Danrem Lilawangsa, Mar'ie Muhammad saat menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, dan sejumlah menteri serta para pejabat lainnya yang pernah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang.
Namun semenjak tanggal 6 Juni 2014 kemarin, masyarakat dan juga para tamu yang berkunjung ke Kabupaten Aceh Tamiang, tidak pernah lagi mendengarkan rangkaian pantun yang terucap dari mulut seorang Muhammad Harun.
Lelaki yang akrab disapa Bill Clinton tersebut telah setahun menderita stroke, sehingga kedua kakinya mengalami kelumpuhan dan sulit berbicara. Setiap harinya Muhammad Harun hanya bisa berbaring dan duduk di rumah dikarenakan terkendala masalah ekonomi untuk melakukan pengobatan hingga meninggal dunia di RSU Kuala Simpang.
Selamat jalan Raja Pantun Bumi Mudia Sedia......[red]
Ayah dari enam putri, yang lahir di Desa Marlempang, Kecamatan Bendahara, 31 Juli 1956 lalu, sudah menjadi "langganan" tetap bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang untuk membaca pantun saat menyambut kedatangan tamu-tamu penting yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU, RSU Kuala Simpang.
"Saat ini jenazah Sang Raja Pantun, Muhammad Harun telah dibawa pulang ke rumah duka, di Dusun Arung Gajah, Desa Muka Sei Kuruk, Kecamatan Seruway dan akan dimakamkan, Senin 31 Agustus 2015," kata Tokoh Pemuda Seruway, Irwan Agusti, kepada lintasatjeh.com, Minggu (30/8/2015).
Irwan juga menjelaskan bahwa Muhammad Harun mulai dirawat di ruang ICU, RSU Kuala Simpang sejak Rabu (26/18/15) kemarin.
"Selamat Jalan Muhammad Harun, walau jasamu tidak pernah dihiraukan oleh para pejabat di Pemerintahan Aceh Tamiang, namun kami para pemuda-pemudi yang cinta kepada adat dan budaya Tamiang, tetap mengagumimu," kata Irwan Agusti.
Hal yang sama juga disampaikan Yuni Hajiani seorang mahasiswi yang mengagumi sosok Muhammad Harun. Menurutnya, Sang Raja Pantun Bumi Muda Sedia sangat peduli terhadap pelestarian budaya Aceh Tamiang. Kemudian sikap tidak mengeluh dengan kondisi hidupnya sekarang, patut kita contoh karena dalam berkarya tak perlu memikirkan orang untuk menghargainya namun sepeninggal beliau pasti akan banyak yang mengenang kiprah beliau di Bumi Mudia Sedia.
"Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahnya dan menempatkan beliau di tempat yang terbaik disisi-Nya, Amiin," pungkasnya.
Untuk diketahui, Muhammad Harun (58), warga Kampung Muka Sei Kuruk, Kecamatan Seruway, merupakan tokoh pantun untuk menyambut kedatangan tamu-tamu penting yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang.
Pantun yang dibacakan oleh Muhammad Harun, selalu diawali dengan perkenalan dirinya, kemudian dirangkaikan kalimat-kalimat yang menggambarkan tentang situasi daerah Aceh Tamiang serta berbagai kekayaan alam dan berbagai potret ataupun warna lainnya yang memang ada di kabupaten yang terkenal dengan julukan Bumi Raja Muda Sedia tersebut.
Lantunan pantun Muhammad Harun sudah pernah didengar secara langsung oleh Ahmad Sujudi ketika masih menduduki Menteri Kesehatan, Bahctiar Chamsah saat menjabat Menteri Sosial, Mayjen TNI Endang Suwarya saat menjabat Pangdam Iskandar Muda.
Kemudian, Abdullah Puteh saat menjabat Gubernur Aceh, Mayjen Sulaiman AB saat menjabat Danpuspom TNI, Kolonel H. AY. Nasution saat menjabat Danrem Lilawangsa, Mar'ie Muhammad saat menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, dan sejumlah menteri serta para pejabat lainnya yang pernah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang.
Namun semenjak tanggal 6 Juni 2014 kemarin, masyarakat dan juga para tamu yang berkunjung ke Kabupaten Aceh Tamiang, tidak pernah lagi mendengarkan rangkaian pantun yang terucap dari mulut seorang Muhammad Harun.
Lelaki yang akrab disapa Bill Clinton tersebut telah setahun menderita stroke, sehingga kedua kakinya mengalami kelumpuhan dan sulit berbicara. Setiap harinya Muhammad Harun hanya bisa berbaring dan duduk di rumah dikarenakan terkendala masalah ekonomi untuk melakukan pengobatan hingga meninggal dunia di RSU Kuala Simpang.
Selamat jalan Raja Pantun Bumi Mudia Sedia......[red]