Engkaulah
wujud paling setia menemani kesenjangan
beribu
purnama telah kugenggam bersamamu
di
atas hamparan tanah dan mata air yang terpancar
dari
kelenjar mata berair bermusim waktu.
Jika
kita adalah puisi
maka
engkaulah tanah yang kupijak
takkan
pergi meski ke negeri di ujung pelangi;
sejak
kukenal gemintang, bulan, dan matahari
serta
cinta sang ibu yang melahirkan kebahagian,
meski
penderitaan terlebih dulu mendekam diri.
Sering
kutasbihkan hikayat
dalam
tarian seudati
menari
dengan irama rapa'i
kadang
aku berhenti
di
persimpangan jalan
menatap
mesium luka
kokoh
berdiri di taman ratu.
Kadang
air terpancar jelma kolam
aku
berenang ke tepian
mencari
selendang Putroe Bungsu
yang
disembunyikan Malem diwa,
tapi
aku tak mampu meraihnya
terlalu
berat beban di kepala
melenyapkan
harapan demi harapan,
sejarah
demi sejarah tinggal kenangan
dalam
manuskrip dan catatan perjalanan.