MAKASSAR - Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana, Mayor
Jenderal TNI Bachtiar langsung bertolak ke Kabupaten Polman, Sulawesi Barat,
usai mendapatkan informasi salah seorang anak buahnya tewas tertembak. Bachtiar
berencana mengecek langsung lokasi kejadian dan mengantisipasi terjadinya aksi
balas dendam atas penembakan yang menewaskan Prajurit Dua Yuliadi, anggota
Kompi B Batalyon Infanteri 721/Makassau.
Kepala
Staf Kodam VII/Wirabuana, Brigadir Jenderal Kurnia Dewantara, mengatakan orang
nomor satu di Kodam VII/Wirabuana itu bertolak ke Polman menjelang magrib,
tepatnya pukul 17.30 Wita. Yuliadi sendiri diketahui tewas tertembak oleh orang
tidak dikenal pada pukul 16.00 Wita di Sirkuit Permanen Sport Centre, Jalan
Stadion Pekkabata, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat, Minggu, 30 Agustus.
"Panglima
Kodam sudah terbang menggunakan helikopter menuju TKP," kata Dewantara,
Minggu, 30 Agustus. Bersama kepolisian, TNI turut melakukan investigasi atas
kasus penembakan terhadap Yuliadi. "Masih dalam penyelidikan,"
ucapnya.
Kasus
penembakan itu bermula dari pertengkaran yang melibatkan anggota patroli
bermotor Polres Polman dengan salah seorang anggota Kodim 1401/Majene, Prajurit
Kepala Laksmono. Laksmono bersama temannya sedang menonton balapan roda race. Karena
memasuki lintasan balapan, Laksomono pun ditegur dan didorong oleh oknum polisi
itu.
Dewantara
menjelaskan saat anggotanya itu menyampaikan ke anggota patmor Polres Polman
bahwa dirinya merupakan anggota TNI, sang korban malah dipukuli. Perkelahian
pun tidak terhindarkan. Beruntung, kepala polres dan kepala staf kodim setempat
langsung ke TKP dan melerai perkelahian. Kedua belah pihak yang bertikai pun
langsung didamaikan.
Berselang
dua jam kemudian, tiba-tiba terdengar letusan di areal sirkuit, tapi bukan di
lokasi pertama. Saat dilakukan pemeriksaan, anggota Kompi B Batalyon Infanteri
721/Makkasau, Prajurit Dua Yuliadi sudah ditemukan bersimbah darah dengan luka
tembak pada bagian perut sebelah kiri. "Setelah terjadi tembakan, korban
coba dibawa ke rumah sakit tapi sudah tidak tertolong," ucap Dewantara.[Tempo]