JAKARTA – Kabar Islamofobia di Indonesia ternyata dicermati
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Reaksi pembelaan Erdogan terhadap Muslimin
Indonesia itu bahkan “terpotret” oleh Ustadz Azzam
Mujahid Izzulhaq dalam ulasannya berikut yang Arrahmah kutip dari Piyungan
Online, Sabtu (1/7/2015).
Jokowi
berjalan di belakang Erdogan di antara Prajurit Istana Merdeka Menjangkitnya
Islamofobia di Indonesia sebenarnya sudah sampai kabarnya ke seluruh pemimpin
negara-negara di dunia. Ada yang senang, ada yang menyayangkan. Yang senang
tentunya blok yang merasa diutungkan dengan merebaknya Islamofobia di
Indonesia.
Mulai
dari perlakuan yang tidak adil di hadapan hukum terkait dengan ‘terorisme’
yang hanya menyasar Islam, bacaan Al Quran versi Jawa, menghormati orang yang
tidak berpuasa, dan lain sebagainya hingga kepada kejadian pelanggaran berat
Hak Asasi Manusia dengan dibakarnya masjid di Tolikara dan merebaknya bendera
Israel di Papua.
Salah
satu yang ‘geram’ dengan wajah
Indonesia, negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, adalah Recep
Tayyip Erdoğan. Presiden Turki yang sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri
Turki selama dua periode. Erdoğan sangat menyayangkan mengenai posisi Indonesia
yang di bawa ke ‘arah sebelah kiri’ mengekor kepada
bangsa yang mengkampanyekan Islamofobia.
Oleh
sebab itu, di antara konten pidato kenegaraannya, Erdoğan ‘menyindir’
kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang memberikan panggung kepada para
Islamofobis di Indonesia.
“Saya menekankan
kepada seluruh umat Islam, mari kita memerangi Islamofobia, anti-imigran dan
diskriminasi etnis,’ ungkap Erdoğan menyindir. Dalam komunikasi politik
luar negeri antar negara, ajakan Erdoğan ini adalah tamparan keras. Tinggal
apakah disadari oleh yang bersangkutan (Joko Widodo) atau tidak.
Mengenai
maraknya bendera negara penjajah Palestina, Israel di Indonesia (khususnya di
Papua), Erdoğan juga menanggapi: “Dunia Islam tidak
akan pernah tenang selama masalah Palestina belum ditemukan solusinya.
Perdamaian permanen baru akan terwujud jika disepakati merdekanya negara
Palestina di batas wilayah tahun 1967, dan ibukotanya adalah Al Quds.”
Bahkan,
sindiran terhadap tumpul dan tidak tegasnya organisasi negara-negara di Asia
Tenggara, ASEAN, terhadap tragedi pelanggaran HAM dan genosida umat Islam di
Rohingya, Myanmar, pun dilontarkan oleh Presiden Turki ini: “Perkenankan
Turki menjadi anggota ASEAN,” ungkap Erdogan.[Arrahmah]