Di antara eforia tayangan drama Turki, MNCTV sedikit mencuri perhatian
lewat sinetron Super Dede.
Tidak
terlalu bagus dalam perolehan rating, tapi di kalangan penonton anak-anak,
sinetron yang dibintangi Dede Sunandar mendapatkan tempat tersendiri.
“Super Dede ganteng,
ya!” rumpi dua anak perempuan yang usianya bahkan belum
lewat 5 tahun. Duh!
Pekan
lalu, Bintang mendatangi lokasi syuting Super Dede di kawasan Setiabudi,
Jakarta. Waktu baru menunjukkan pukul 10 pagi. Dede Sunandar (24) sudah siap di
lokasi yang merupakan perkampungan tengah kota itu.
Belum
mandi, berpakaian seadanya. Namun dia berhasil membuat “terkejut”
salah satu penggemar Super Dede yang kebetulan ikut serta dengan Bintang ke
lokasi. Anak perempuan itu langsung mengkeret, berusaha menjauhkan diri dari
Dede. Entah malu, entah takut. Dede yang menyadari hal itu langsung
bereaksi.
“Ah, biasa itu, mah.
Bilang ngefans, pas bertemu langsung takut, he he he,”
seloroh Dede. Sutradara Taka Rich yang berada di sebelah Dede ikut menimpali.
“Mau tahu, enggak,
siapa di sini (lokasi) yang pekerjaannya paling hebat? Makeup artist! Muka
(Dede) seperti ini sebetulnya hasil makeup,” canda Taka. Barulah
ketika laki-laki yang baru saja dikaruniai anak dari pernikahannya yang kedua
beraksi lucu, si penggemar cilik mencair dan mulai ikut tertawa-tawa.
Itulah
kehebatan seorang Dede yang sudah dilihat Taka sejak beberapa tahun silam,
ketika mantan office boy ini melejit lewat acara komedi Opera Van Java.
Dalam
pengamatannya, Dede seorang yang memiliki kharisma alami. Pria kelahiran
Ciamis, 19 September 1990, ini mudah membuat orang ikut merasa senang dan
tertawa setiap kali melihatnya.
“Lima tahun lalu, kami
sudah punya konsep tentang sinetron superhero yang lain daripada biasanya. Nah,
begitu melihat Dede (tiga tahun lalu), saya sudah feeling, dia paling pas untuk
memerankan karakter superhero yang konsepnya sedang digodok itu,”
cerita Taka.
Mengapa
bisa pas, tidak lain karena sosok superhero yang dicari bukanlah yang keren dan
ganteng.
“Itu sudah sangat
mainstream. Kami mencari yang berbeda. Kami berusaha mencari sosok yang tidak
cuma bisa mengeluarkan kemampuan super, tapi juga sosok yang dekat dengan orang
kebanyakan. Khusus di Indonesia, sepertinya mudah simpati dengan orang yang
baik namun teraniaya. Super Dede pun begitu. Saat dia belum menjadi superhero,
dia orang yang kerap di-bully,” terang Taka.
“Saking cocoknya,
Super Dede pada akhirnya berangkat dari dia. Ini tentang Dede yang betulan
super,” imbuhnya.[Tabloidbintang]