-->

Aceh Future: 10 Tahun MoU Helsinki Belum Ada Perubahan

10 Agustus, 2015, 00.22 WIB Last Updated 2015-08-09T17:22:19Z
BANDA ACEH - Sepuluh tahun sudah nota kesepahaman antara RI-GAM, namun hampir bisa dipastikan belum ada perubahan yang signifikan.

Terutama terlihat dari pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh, seperti yang diketahui bahwa Aceh menerima alokasi dana otsus sejak tahun 2008 hingga 2027 tahun, namun bersifat temporer.

Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal LSM Acheh Future, Syukrillah MK, kepada lintasatjeh.com, Minggu (9/8/2015). Menurutnya, jika alokasi ini berakhir namun ekonomi masyarakat Aceh masih tetap terpuruk alias memburuk, maka Aceh harus siap-siap menerima akibat kerentanan di masa-masa yang akan datang.

Selain itu, implementasi dari butir-butir MoU pun masih banyak yang belum terealisasi, dan baru tiga butir yang terelisasi diantaranya, terbentuknya Partai lokal, Lembaga Wali Nanggroe (LWN) dan pembebasan Tapol Napol.

Dia menyebutkan, tiga butir tersebut berhubungan dengan jabatan dan kekuasaan politik lokal Aceh, sedangkan sekian banyak butir-butir yang lain masih dalam hayalan mimpi, dan selalu menjadi penghias janji dalam kompetisi politik bagi para elit politik.

Bahkan  dengan  butir-butir mimpi ini, masyarakat sering digiring dan dibodohi. Hal ini terjadi mungkin karena tidak ada kepentingan langsung para politik dan para penguasa.

Syukri menambahkan, selama ini Pemerintah Aceh kurang memperhatikan pertumbuhan ekonomi rakyat, sementara para wakil rakyat yang ada di DPRA sibuk dengan olah dana aspirasi.

Anggota dewan terkesan hanya mencari pekerjaan lima tahun di dalam parlemen. Hal ini justru berbanding terbalik saat orang terhormat ini bersorak-sorak di atas pentas sambil menepuk dada saat kampanye, tapi apa yang dilakukan hari ini.

"Sekarang yang kita lihat perpecahan di kubu partai penguasa, partai yang katanya satu-satunya yang bisa merealisasikan MoU," katanya.[zul]
Komentar

Tampilkan

Terkini