JAKARTA - Umat Islam menjadi sasaran brutal sekelompok massa
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) ketika sedang menunaikan shalat Id malah
dibubarkan sekelompok orang. Hal itu juga diikuti dengan pembakaran mushala di
Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (18/7). Sebelum kejadian itu, pihak
GIDI melarang umat Islam untuk menunaikan Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah.
Dilansir
dari laman Pusatgidi.org, organisasi tersebut terdaftar secara resmi di
Kemenag. GIDI memiliki visi 'Umat GIDI Masuk Sorga (The Community of GIDI Enter
Heaven)'. Adapun, misinya ada empat, yaitu Penginjilan, Pemuridan, Pembaptisan,
dan Pengutusan.
Dalam
laman tersebut, dapat diketahui sejarah singkat berdirinya GIDI. GIDI pertama
kali dirintis oleh tiga orang dari Badan Misi UFM dan APCM yaitu Hans Veldhuis,
Fred Dawson, Russel Bond. Setelah merintis pos di Senggi termasuk membuka
lapangan terbang pertama Senggi (1951-1954), pada tanggal 20 Januari 1955
ketiga misionaris beserta 7 orang pemuda dari Senggi terbang dari Sentani tiba di
Lembah Baliem di Hitigima menggunakan pesawat amphibi 'Sealander'.
Kemudian
mereka melanjutkan misi dengan berjalan kaki dari Lembah Baliem ke arah Barat
pegunungan Jayawijaya melalui dusun Piramid. Dari Piramid bertolak menyeberangi
sungai Baliem dan menyusuri sungai Wodlo dan tiba di Ilugwa. Setelah mereka
beristirahat lanjutkan perjalanan ke arah muara sungai Ka'liga (Hablifura) dan
akhirnya tiba di danau Archbol pada tanggal 21 Februari 1955.
Di
area danau Acrhbold disilah pertama kali mereka mendirikan Camp Injili dan
meletakkan dasar teritorial penginjilan dengan dasar visi: 'menyaksikan Kasih
Kristus Kepada segala Suku Nieuw Guinea'. Dari laman tersebut, terungkap pula
bahwa GIDI memiliki program kerjasama dengan Israel. Kerjasama tersebut disepakati
pada 20 November 2006.[Republika]