BANDA ACEH - Dalam lima tahun terakhir, jumlah penduduk di Aceh
meningkat setiap tahun. Pertumbuhan penduduk tercatat sekitar 2,3 persen per
tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang hanya 1,3 persen.
Gubenur
Aceh Zaini Abdullah mengungkapkan pertumbuhan tersebut bukan semata-mata
disebabkan tingkat kelahiran yang tinggi, tapi juga karena banyak orang yang
pindah ke Aceh. “Setelah melihat banyak peluang yang bisa dikembangkan
di daerah kita ini pasca-perdamaian,” katanya di Banda
Aceh saat menjamu Pengurus Real Estate Indonesia (REI), Sabtu malam, 11 Juli
2015.
Jumlah
penduduk Aceh saat ini berkisar 5,2 juta jiwa. Zaini mengatakan dengan
pertumbuhan sebesar 2,3 persen per tahun, berarti Aceh membutuhkan rumah
sekitar 15 ribu hingga 20 ribu unit per tahun. Rumah yang dibutuhkan itu tidak
hanya rumah non-subsidi yang dibangun oleh perusahaan-perusahaan swasta, tapi
juga rumah subsidi yang harganya lebih murah dari harga pasar.
Gubernur
mengimbau keluarga besar REI Aceh dan seluruh pihak yang terlibat dalam bisnis
perumahan dapat bersinergi dengan pemerintah Aceh dan pemerintah
kabupaten/kota, sehingga kebutuhan masyarakat akan perumahan layak huni bisa
segera terealisasi.
Menurut
Zaini, Aceh juga masuk dalam program 1 juta rumah bersubsidi dari pemerintah pusat.
Dalam perencanaan yang telah disusun Kementerian PU dan Perumahan Rakyat,
pemerintah akan membangun 5.954 unit rumah tapak bagi masyarakat menengah ke
bawah di Aceh.
Sekjen
DPP REI Indonesia Tomy Wistan mengatakan bahwa REI memiliki kewajiban untuk mendukung
penuh program pemerintah untuk membangun satu juta rumah bersubsidi. “Sebagai
bentuk dukungan, REI memiliki Program Ramadhan Rumah Impian (RRI) yang saat ini
telah memasuki tahun kelima. Membangun rumah gratis kepada masyarakat yang
berhak,” ujarnya.
Tomy
juga mengapresiasi program pemerintah Aceh yang telah mengalokasikan dana
miliaran rupiah untuk pembangunan rumah bagi keluarga kurang mampu.[Tempo]