JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta berani
mengevaluasi kinerja menteri-menterinya selama ini. Mengingat, belum banyak
peningkatan sejak Kabinet Kerja resmi dilantik Oktober 2014 lalu.
Pengamat
politik Karyono Wibowo mengatakan, ada tiga indikator Jokowi perlu merombak
kabinetnya. Yakni, hasil survei kepuasan publik yang menurun, sinyal reshuffle
sudah didengungkan para pendukung termasuk PDI Perjuangan, serta kondisi
perekonomian yang kian memburuk.
"Menurunnya
tingkat kepuasan publik terutama adalah kinerja di bidang ekonomi dan penegakan
hukum," ujarnya saat dihubungi, Senin (6/7).
Menurut
Karyono, dua bidang terebut menjadi sorotan mayoritas masyarakat di akar
rumput.
"Indikator-indikator
tersebut bisa menjadi alasan utama Presiden Jokowi melakukan reshuffle
kabinet," katanya.
Maka
itu, Presiden tidak perlu ragu untuk melakukan reshuffle atau reposisi kabinet.
Pasalnya, jika terlalu lama justru akan semakin menggerus kepercayaan rakyat
dan dunia usaha.
Karyono
menambahkan, reshuffle jangan dianggap sesuatu hal yang tabu. Tetapi harus
dimaknai sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja pemerintahan.
"Namun,
yang lebih penting adalah reshuffle bukan sekadar bagi-bagi kekuasaan tetapi
spirit reshuffle adalah untuk memperbaiki kinerja pemerintahan agar sejalan
dengan visi Trisakti dan Nawacita," beber Direktur Indonesi Public
Institute (IPI) tersebut.[rmol]