JAKARTA - Hubungan Indonesia dan China semakin mesra pada masa
pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Baru berjalan pemerintah pada akhir
tahun lalu, pemerintah China langsung berjanji berinvestasi besar ke Indonesia.
Tidak
hanya itu, China juga aktif dalam memberikan pinjaman. Beberapa waktu lalu,
Bank of China (BOC) menyepakati pemberian pinjaman kepada sejumlah BUMN. Nilai
yang dikucurkan US$ 40 miliar atau setara dengan Rp 520 triliun.
Belum
lama ini, pemerintah juga menawarkan Bank Sentral China untuk ikut aktif dalam
kepemilikian Surah Utang Negara (SUN) yang diterbitkan.
Kepala
Ekonom Bank Danamon, Anton Hendranata menilai, sikap yang China bukan tanpa
kepentingan. Tentu saja ada yang diharapkan dari Indonesia. Baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
"Sudah
hampir pasti China punya kepentingan dengan Indonesia," tegasnya saat
berbincang dengan kepada detikFinance, Rabu (15/7/2015)
Dengan
kondisi perekonomian global sekarang, banyak negara yang ekonominya rapuh dan
tidak kuat dalam menghadapi perlambatan ekonomi global. China harus dapat
menjaga mitra bisnis utamanyam seperti Indonesia dapat bertahan.
Kenapa
memilih Indonesia? Menurut Anton, ini karena potensi perekonomian Indonesia
masih sangat besar. Baik itu dari Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia
(SDM), serta besarnya pasar yang bisa mendorong tingginya aktivitas
perekonomian.
Sehingga,
meskipun investasi serta pinjaman yang diberikan sangat besar, China tetap akan
memperhatikan perekonomian Indonesia. Setidaknya pinjaman tersebut tidak akan
tiba-tiba ditarik begitu saja.
"Karena
pasarnya Indonesia tinggi juga dengan jumlah penduduk yang banyak. Jadi nggak
akan sewenang-wenang menghancurkan Indonesia kalau mereka kesal. Karena mereka
juga yang akan susah, dia mau recovery (pulih) juga susah," ungkap Anton.
Melihat
ke negara berkembang lainnya, Anton menambahkan, kondisinya tidak sebaik
perekonomian Indonesia. Seperti Brasil, Argentina, Venezuela, Rusia, dan yang
lainnya sekarang tengah berjuang menjaga kestabilan perekonomian agar tidak
semakin terpuruk.
"Negara
di Amerika Latin itu sudah sulit. Orang nggak mau rugi dong investasi, karena
harus berpikir risiko kan. Di kita, SUN kita baik-baik saja. Buktinya S&P
memberi outlook stabil ke positif. Makanya China juga melihat kita bagus
potensinya," pungkasnya.[Detik]