JAKARTA - Tak hanya Presiden Joko "Jokowi" Widodo,
ternyata Presiden Amerika Serikat Barack Obama pun pernah dikritik lantaran
mengenakan seragam tentara pada 2010. Saat itu, Obama, yang juga mantan senator
Illinois, melakukan kunjungan mendadak ke Afganistan.
Politisi
Partai Demokrat yang mengenakan seragam Angkatan Udara itu pun dikritik secara
halus kemiliter-militeran. Hal tersebut juga disebut sebagai blunder politik
"Saya
tak mengatakan bahwa presiden sebagai military wannabe; Saya tak mengatakan
bahwa presiden berlagak. Saya hanya mengatakan bahwa ia presiden, terlepas
apakah ia mengetahui atau tidak, telah mengaburkan pembedaan yang sangat
penting antara warga sipil yang dipilih secara demokratis, panglima militer,
dan anggota militer yang diperintah olehnya atas nama rakyat," kata
William Astore, seorang profesor di Pennsylvania College of Technology dan juga
pensiunan AU berpangkat kolonel, di blog-nya di Huffington Post.
Astore
mengatakan, presiden, jabatan publik tertinggi di AS, harus berada di atas
semuanya, termasuk militer. Hal ini ditegaskan di dalam konstitusi negara
tersebut.
"Jadi,
ketika presiden bertemu dengan tentara kita, dia harus mengenakan pakaian
sipil. Karena, itulah dia sesungguhnya, seorang sipil yang sangat khusus,"
lanjut Astore.
Astore
meminta semuanya untuk mengesampingkan ilusi ala Hollywood bahwa seorang
presiden harus berparade seperti pilot pesawat tempur.
"Ini
bukanlah setting Hari Kemerdekaan. Dan bukan pula sebuah sesi foto,"
katanya.
Sebelumnya,
Presiden Jokowi mengenakan seragam militer Komando Cadangan Strategis TNI
Angkatan Darat (Kostrad) lengkap dengan baret hijau di kepalanya, saat menerima
kedatangan pengurus pusat Muhammadiyah, Selasa (16/6/2015) di Kompleks Istana
Kepresidenan, Jakarta.
Pengamat
politik dan pertahanan, Salim Said, pun mengkritik hal tersebut.
"Meski
beliau sipil, beliau pemegang kekuasaan tertinggi tentara. Jadi dengan pakaian
sipil pun tentara menghormati beliau," ujar Salim.
Kritikan
juga disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik.
"Saat
Jokowi berbaju militer di Istana dan menerima tamu, ia bukan cuma menggelikan.
Ia secara memalukan memamerkan keterbatasan pengetahuannya," kata Rachland
dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/6/2015).
Rachland
menjelaskan, Presiden adalah entitas sipil. Itu sebabnya, setiap anggota
militer yang mau berpolitik atau ingin menjadi presiden harus melepaskan
keanggotaannya dari militer.
"Presiden
sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata justru harus berbaju sipil. Itu
simbol paling tegas dari civil supremacy dalam demokrasi," ucap dia.
Terkait
hal ini, anggota Tim Komunikasi Kepresidenan, Teten Masduki, mengatakan,
Presiden terpaksa mengenakan seragam militer demi efisiensi waktu.[Kompas]