IST |
LHOKSUKON - Petani garam di Kecamatan Lapang dan Seunuddon,
Kabupaten Aceh Utara mengeluh seiring harga jual garam yang semakin murah.
Petani
menjual garam kepada pengepul dengan harga Rp3000 per bambu (1,5 kg). Sekali
produksi, setiap petani hanya mampu menghasilkan 40 kg garam, sedangkan biaya
sekali produksi menghabiskan dana lebih kurang Rp100 ribu.
Ketua
Kelompok Tani Garam Kecamatan Lapang, Junaidi Yahya, mengatakan harga Rp3000
per bambu telah berlangsung lebih kurang selama empat bulan, sebelumnya harga
garam Rp5000. Diperkirakan, harga turun disebabkan produksi garam semakin
meningkat dikarenakan cuaca mendukung. Namun, harga tersebut menurutnya tidak
sebanding dengan biaya produksi.
“Biasanya harga naik
ketika cuaca penghujan, pada kondisi tersebut, petani garam sedikit memproduksi
garam. Kita harapkan pemerintah menampung garam milik petani lokal, sehingga
harga akan mahal,” ujarnya.
Selain
mengeluhkan harga, sedikitnya 80 jiwa petani garam di kecamatan Lapang juga
keluhkan mahalnya harga kayu bakar untuk membuat garam, yaitu Rp15 ribu sekali
produksi.
“Harga kayu bakar
dibeli Rp15 ribu sekali produksi garam, itu belum bahan lain untuk membuat
garam," ucap petani garam itu kepada lintasatjeh.com, Rabu (10/6/2015)
Selain
harga dan kayu bakar, petani garam di Lapang juga kewalahan untuk
megangkut air asin untuk dijadikan garam, petani terpaksa membuat parit di
lokasi tempat produksi garam, kadang kadang air tidak cukup, sehingga kami
mengharapkan pemerintah membangun satu bendungan kecil untuk menampung air
sehingga petani-petani tidak repot mengangkut air.[pin]